MEMANDANG DAN PERCAYA KEPADA YESUS YANG DISALIBKAN (Yohanes 19 : 28 – 37)
Pendahuluan
Saudara, pengertian tentang makna kematian Yesus di kayu salib tergantung dari pemahaman kita melihat apa yang diungkapkan Alkitab bagi kita, dan pengertian ini dapat menjadi kekuatan yang tak terhingga di dalam hidup kita. Saat ini kita mau melihat arti penyaliban Yesus dari sudut pandang Injil Yohanes. Bagi penulis Injil Yohanes, peristiwa penyaliban Yesus bukan menunjukkan kelemahan atau kegagalan Yesus. Sebaliknya, hal ini menunjukkan kemenangan dan kemuliaan Yesus. Ditengah-tengah mata manusia yang memandangNya sebagai korban yang tidak berdaya, Yesus menunjukkan bahwa diriNya adalah Mesias yang memegang kendali yang tidak pernah sedikit pun kehilangan kendaliNya atas setiap situasi yang terjadi.
Pilatus mewakili Manusia yang tidak mampu mengendalikan diri dan situasi, kesetiaannya pada akhirnya ditentukan hanya untuk kesejahteraan pribadinya sendiri. Pada pengadilan Yesus oleh Pilatus, yang teradili bukan Yesus tetapi Pilatus sendiri dan orang banyak. Yesus tetap teguh dalam kebenaran. Yesus tidak goyah walaupun keputusan kematian harus menjadi bagianNya. Ia sendiri yang menentukan nasibNya itu.
Penerapan
1. Aku haus (28 – 30)
Salib merupakan tindakan akhir dunia dalam kegelapan mengalahkan terang yang tanpa diundang menerangi kawasan kemanusiaan. Yesus memikul salibNya sendiri ke tempat penghukuman. Ia dipaku diantara dua penjahat. Dan diatas kepalaNya terdapat pengumuman, “Yesus Orang Nazet, Raja Orang Yahudi” yang ditulis dalam bahasa Latin, mewakili bahasa seluruh dunia.
Ini adalah tindakan manusia yang berusaha membuktikan bahwa Yesus bukan Mesias yang berasal dari Allah dengan cara menolak dan menyalibkanNya, malah tindakan yang mengangkat keatas takhtaNya. Di atas kayu Salib, ditengah-tengah penderitaan dan kemuliaan Yesus. Ditengah-tengah mata manusia yang memandangNya sebagai korban yang tidak berdaya, Yesus menunjukkan bahwa diriNya adalah Mesias yang memegang kendali yang tidak pernah sedikit pun kehilangan kendaliNya atas setiap situasi yang terjadi. Ia membiarkan prajurit-prajurit itu mengambil dan membagi-bagikan pakaianNya di antara mereka, dan membuang undi atas jubahNya. Sehingga tergenapilah apa yang pernah dinubuatkan Allah. Dari atas kayu salib Ia juga mengatur kehidupan Maria, ibuNya, dengan menitipkan kehidupannnya kepada murid yang dikasihiNya.
Dan akhirnya , Ia berkata “Aku haus” sebagai penggenapan apa yang tertulis dalam kesaksian yang tidak berdaya dan tubuh yang terpantek paku. Ia menyelesaikan semua hal yang harus diselesaikan sehingga Ia berkata, “Aku haus”. Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawanya. Tampaknya begitu tragis. Yudas menyerahkan diriNya kepada orang-orang Yahudi, orang-orang Yahudi menyerahkan diriNya kepada pemimpin agama, para pemimpin agama menyerahkan diriNya kepada pemerintah Romawi dan pemerintah Romawi melalui Pilatus menentukan nasibNya di kayu salib.
Nampaknya Ia tidak berdaya terombang-ambing oleh tangan kekuasaan orang lain atas diriNya, namun sebenarnya tidak ada sutu pribadi pun, satu kuasa pun yang dapat menyentuh hidupNya jika Ia tidak mengizinkannya. Dan akhirnya, tidak ada satu kuasa pun yang dapat menganbil nyawaNya. Ia yang menyerahkan nyawaNya kepada Bapa di sorga, “Sudah selesai”. Ia tetap memegang kendali atas segala situasi.
2. Lambung Yesus ditikam (31 – 37)
Bagaimana setelah kematian Yesus ? Kisah ini dimulai dengan para pemimpin agama Yahudi yang datang kepada Pilatus meminta agar mayat-mayat yang disalib itu diturunkan karena hari itu adalah hari persiapan mereka memasuki Hari Sabat dan juga hari Paskah. orang-orang Yahudi sangat ketat dan serius dalam memelihara aturan-aturan hari Sabat. Menurut Ulangan 21 : 22 – 23, Seorang penjahat yang dihukum mati dengan digantung mayatnya tidak boleh dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu. “tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga”. Oleh karena itu, mereka meminta kaki orang itu dipatahkan supaya mereka cepat mati dan mayat mereka dikuburkan.
Sebenarnya bagi pemerintah Romawi mereka lebih senang korban dibiarkan mati sendiri di kayu salib. Mungkin korban bisa tergantung berhari-hari dalam keadaan tersiksa dalam terik matahari pada siang hari dan dingin pada malam hari. Kehausan dan kesakitan karena infeksi yang mereka alami. Sering kali membuat korban meronta-ronta, bertriak-teriak karena kesakitan sampai korban mati lalu bangkai mereka akan dimakan burung-burung. Hal ini dipandang baik oleh pemerintah sebagai peringatan bagi para pelanggar hukum. Namun demikian permintaan para pemimpin agama dipatuhi oleh Pilatus.
Dalam 32 jelas memperlihatkan 2 orang penjahat itu masih hidup dan mereka nampaknya masih akan hidup sampai hari sabat tiba. Mereka tidak mungkin dikuburkan sampai mata hari terbenam. Oleh karena itu , mereka meminta agar para prajurit mematahkan tulang kaki mereka dengan palu besi. Tindakan kejam itudilakukan agar mereka tetap dapat menjaga kemurnian –tulang hari Sabat dan Paskah mereka. Dari sudut kedaulatan Allah, muncul sebuah persoalan. Mazmur 34 : 21 menubuatkan bahwa Allah akan melindungi orang benar, dalam hal ini Mesias, sehingga segala tulangNya tidak satu pun yang patah. Jika tulang-tulang Yesus mereka patahkan apakah itu berarti Allah gagal atau Yesus bukan Mesias yang sesungguhnya ? Tetapi diluar dugaan bahwa Yesus mati begitu cepat dibanding dengan orang biasa. Ia hanya berada 6 jam di kayu salib. Biasanya orang bisa bertahan sampai dua tiga hari di kayu salib. Melihat bahwa Yesus sudah mati mereka tidak mematahkan tulang-tulangNya, sehingga genaplah apa yang dikatakan Allah, “segala tulangNya tidak satu pun yang patah”. Inilah kuasa Allah.
Yohanes melihat hal ini adalah sebagai penggenapan nubuat Perjanjian Lama dalam Ulangan 12:16, dan Bilangan 19:12 bahwa tubuh damba Paskah itu harus dimakan dan satu tulang pun boleh dipatahkan. Kematian Yesus menjelang Paskah menggenapi hal ini. Bagi orang Israel Paskah mengingatkan mereka akan tindakan Allah membebaskan mereka dari perbudakan Bangsa Mesir. Bagi Yohanes kemudian, Yesus merupakan tindakan Allah yang telah memberi domba Paskah untuk kelepasan dari perbudakan dosa dunia.
Kemudian adanya satu tindakan yang terjadi di luar rencana. Seorang prajurit melihat bahwa Yesus sudah mati, barang kali untuk menyakinkan kematianNya, ia menusukkan tombaknya kelambung Yesus sehingga keluarlah air dan darah. Memathkan tulang-tulang orang yang tersalib itu biasa. Tetapi tindakan seorang tentara menusukkan tombaknya ke lambing orang yang tersalib tidak biasa, ini bukan merupakan suatu perintah atasan, ini tindakan spontan yang didorong oleh pemikiran rasionalnya. Tetapi tindakan ini justru menggenapi apa yang Allah nubuatkan dalam Zakaria 12:10. “Dan mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam”
Yohanes dalam 36 berkata, bahwa semua itu terjadi supaya genaplah apa yang tertulis. Dilihat secara lahiriah, Yesus adalah korban yang tidak berdaya, mati tanpa kuasa. Dalam diam, Dia membuktikan diriNya. Dalam diam, Dia menjalani rencanaNya. Dalam diam, Dia mengendalikan setiap situasi di sekitarNya.
Kesimpulan
Saudara, Sering kita mengahadapi persoalan hidup yang berat dan buntu, kita kehilangan iman untuk percaya bahwa Allah bukan hanya tetap bekerja tetapi tetap memegang kendali di setiap situasi kehidupan kita. Dengan memandang dan percaya kepada Yesus yang di salib, kita mampu percaya bahwa burung kecil di udara tetap hidup karena tangan Tuhan yang kuat masih menopang dan mengendalikan hidupnya. Saudara, mari kita perlu melihat kembali Alkitab dan percayalah bahwa Allah melalui Tuhan Yesus Kristus yang disalib tidak pernah kehilangan kendali, juga atas hidup kita. Dia memegang hidup saudara dan saya. Dia berkuasa atas masa depan saudara dan saya. Oleh bilurbilurNya saudara dan saya disembuhkan, dipulihkan, diangkat dan ditopang. Meskipun kita tidak tahu hari esok kita, tetapi yang kita tahu bahwa hari esok kita itu dipegang oleh Allah yang Maha kuat, karena itu percayalah dan tetaplah arahkan hidupmu dan bersandar kepada Tuhan Yesus di kayu salib, Tuhan akan mengendalikan hidupmu, karena itu tenanglah. Amin
Komentar
Posting Komentar