Refleksi Atas Teologi Penderitaan dalam Surat 1 Petrus


Kematian Kristus sering sekali mendapat penekanan yang kuat sebagai sesuatu yang tampaknya harus terjadi juga dalam hidup setiap orang Kristen, dalam pengertian bahwa penderitaan adalah sesuatu yang ideal bahkan sering diidealkan. Orang tidak lagi bertanya mengapa penderitaan terjadi, bagaimana itu terjadi dan bagaimana menghadapinya. Kebanyakan orang memahami penderitaan sebagai sesuatu yang harus diterima tanpa harus dilawan. Bahkan tidak jarang pula orang menjadi apatis terhadap Allah dalam menghadapi penderitaan dengan asumsi bahwa Allah sama sekali tidak dapat diandalkan dalam penderitaan manusia.

Barangkali, hal ini adalah gambaran yang banyak terjadi di kalangan jemaat. Konteks kemiskinan dan kualitas hidup yang masih rendah di Indonesia menjadikan penderitaan sebagai sebuah implikasi yang hampir pasti. Konsep-konsep yang muncul sebagai respon terhadap penderitaan justru meninabobokan orang. Bandingkan misalnya konsep nrimo dalam masyarakat Jawa, seperti halnya konsep marlambas ni roha bagi orang Batak. Satu sisi itu bagus karena dengannya orang menjadi tahan dalam penderitaan. Tapi itu menjadi tidak baik ketika membius manusia sehingga tidak berjuang lepas dari penderitaannya.

Konsep yang diberikan Petrus dalam surat ini ternyata tidak berhenti sampai di situ, bahwa orang harus bertahan dalam penderitaannya memang adalah sesuatu yang jelas diharapkannya. Tapi, orang tidak boleh membiarkan dirinya sampai di titik itu. Petrus mengingatkan kita untuk tidak menyerah pada hidup dan penderitaan. Bahkan, kita harus maju terus seperti Yesus yang menderita bahkan mati, demi sesuatu yang jelas yaitu kebangkitan-Nya. 

Petrus mengingatkan kita untuk sadar dan berjaga-jaga terhadap adanya ancaman dari si Iblis, bahwa penderitaan juga mengambil tempat sebagai peluang Iblis untuk menjatuhkan kita. Karena itu, dengan pertolongan Tuhan kita harus melawan Iblis dan berusaha keluar dari penderitaan itu. Melawannya dengan iman yang teguh kepada Allah, sumber segala kasih karunia, yang melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita di tengah-tengah penderitaan yang harus ditanggung. Dan dengan kekuatan yang sama melawan penderitaan itu dan keluar darinya. Penderitaan memang harus ditahan dan diterima, tetapi penderitaan itu juga harus dilawan dan dihadapi dengan iman yang teguh.


Komentar

Popular Posts

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

KHOTBAH MINGGU 24 NOVEMBER 2024, DANIEL 7: 9 - 14, KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP