KHOTBAH MINGGU 15 SEPTEMBER 2024, MAZMUR 116: 1-9, TUHAN TELAH BERBUAT BAIK KEPADAMU
Keterangan: HKI Pulomas - Gereja Pertama berdiri di Pulau Jawa sebagai alat Tuhan dalam pemberitaan Injil dan Kasih Kristus
DOA PEMBUKA
Keterangan: HKI Pulomas - Gereja Pertama berdiri di Pulau Jawa sebagai alat Tuhan dalam pemberitaan Injil dan Kasih Kristus
Allah Bapak Kami yang di Sorga, kami sungguh berterimakasih dan sangat bersyukur atas waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan bagi kami warga jemaatMu, kami dapat berkumpul, serta mendengarkan firman-Mu. Ya Tuhan, Kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami, mengizinkan kami supaya dapat menerima, mengerti serta memahami apa yang hendak Engkau sampaikan melalui khotbah ini. Berkatilah pemberita firmanMu, agar setiap kata yang diucapkan berasal dari Tuhan dan menjadi berkat bagi kami semua. Terpujilah nama-Mu ya Tuhan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa, Amin.
PENGANTARApa kabar Bapak/Ibu dan sahabat yang kami kasihi. Semoga kita tetap sehat, semangat, bahagia dan bergembira dalam menyambut Firman Tuhan hari ini.
Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita akan merenungkan Firman Tuhan dari Mazmur Pasal 116 ayat 1 sampai 9. Tema khotbah minggu adalah "Tuhan Telah Berbuat Baik Kepadamu."
PENDALAMAN TEKSPemazmur menunjukkan hubungan yang sangat dekat dan intim dengan Tuhan. Dalam tafsiran modern, ini sering diartikan sebagai model bagi orang percaya untuk memiliki hubungan yang pribadi dan mendalam dengan Tuhan, yang penuh dengan kepercayaan pada kebaikan dan kesetiaan-Nya. Dalam Mazmur 116:1-2, pemazmur menyatakan kasihnya kepada Tuhan karena Tuhan mendengar doa-doanya, menekankan bahwa hubungan antara manusia dan Tuhan adalah hubungan yang timbal balik berdasarkan kasih dan kepercayaan.
Mazmur 116:1 "Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku."
Pemazmur mengungkapkan kasihnya kepada Tuhan karena Tuhan mendengarkan doanya. Kasih kita kepada Tuhan tumbuh ketika kita menyadari bahwa Dia terlibat aktif dalam hidup kita. Kasih ini bukan hanya berdasarkan pemikiran teologis atau ajaran, tetapi berasal dari pengalaman nyata bahwa Tuhan telah mendengar dan menanggapi permohonannya di masa kesulitan.
Kalimat "Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku" menekankan bahwa Tuhan bukanlah sosok yang jauh dan tidak terjangkau, tetapi Tuhan yang peduli dan mau mendengar ketika kita memanggil-Nya. Ini memperlihatkan aspek Allah yang penuh perhatian dan terlibat dalam kehidupan umat-Nya.
Mazmur 116:2 berbunyi: "Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya."
Kalimat "Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku" menggambarkan tindakan Tuhan yang aktif mendengarkan. Dalam bahasa sehari-hari, "menyendengkan telinga" berarti memperhatikan secara saksama atau mendekatkan diri untuk lebih jelas mendengar. Ayat ini menekankan sifat Tuhan yang peduli dan mendengarkan umat-Nya secara pribadi. Tuhan bukan hanya mendengar dari kejauhan, tetapi Dia secara aktif mendekatkan diri-Nya untuk memastikan Dia memahami permohonan dan seruan pemazmur. Ini menggambarkan kedekatan Tuhan dengan umat-Nya.
Kalimat "maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya" merupakan respons yang logis dari seorang yang mengalami keajaiban penyelamatan dan kehadiran Tuhan. Yang menekankan bahwa pengalaman akan kesetiaan Tuhan seharusnya memotivasi umat percaya untuk selalu bergantung kepada-Nya dalam setiap situasi hidup. Seruan kepada Tuhan di sini bukan sekadar permohonan di saat darurat, tetapi juga sebuah kebiasaan hidup, yakni datang kepada Tuhan dalam setiap keadaan.
Mazmur 116:3 berbunyi: "Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan."
Kalimat "tali-tali maut telah melilit aku" menggambarkan situasi di mana pemazmur merasa dekat dengan kematian. "Tali-tali maut" menunjukkan bahwa ia merasa terjerat oleh ancaman maut yang sangat nyata, seolah-olah hidupnya sudah berada di ambang akhir. Ketakutan dan rasa putus asa yang mendalam yang mungkin timbul dari penyakit parah, ancaman musuh, atau keadaan kritis lainnya. Ini menggambarkan perasaan ketidakberdayaan manusia di hadapan bahaya atau krisis besar yang dapat membawa pada kematian.
Ungkapan "kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku" mengacu pada rasa takut yang mendalam akan kematian dan dunia setelahnya (dalam konteks Ibrani disebut Sheol). Sheol dalam pemahaman orang Israel adalah tempat orang mati, di mana tidak ada kehidupan atau hubungan dengan Tuhan. Ketakutan ini menunjukkan betapa seriusnya situasi pemazmur, dan dalam tafsiran modern, hal ini sering dikaitkan dengan ketakutan akan hilangnya hidup, rasa kehilangan makna, atau ketidakpastian tentang apa yang terjadi setelah kematian. Kemudian kalimat "kesesakan dan kedukaan" ini sering kali menjadi jalan menuju pemulihan dan penguatan iman. Dan juga memberikan makna bahwa kesesakan sementara dapat membawa pada pembaruan rohani yang lebih dalam.
Mazmur 116:4 berbunyi: "Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: 'Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!'"
Pemazmur, meskipun menghadapi ancaman maut yang besar, merespons dengan berseru kepada Tuhan. Kalimat "aku memanggil nama TUHAN" adalah ungkapan iman yang kuat.
"memanggil nama TUHAN" memiliki makna yang dalam. Dalam tradisi Ibrani, nama Tuhan mewakili seluruh keberadaan dan karakter Tuhan. Dengan memanggil nama Tuhan, pemazmur menempatkan seluruh kepercayaannya pada Tuhan yang penuh kuasa, kasih, dan kesetiaan. Ini menunjukkan bahwa pemazmur tidak hanya memohon pertolongan kepada siapapun, tetapi kepada Tuhan yang ia kenal sebagai satu-satunya yang bisa menyelamatkan.
Dalam konteks krisis, pemazmur tidak menyerah pada keputusasaan, melainkan mengarahkan seruannya kepada Tuhan. Hal ini sebagai contoh penting bagi orang percaya, bahwa dalam situasi yang paling genting sekalipun, iman mendorong kita untuk mencari pertolongan Tuhan.
Kata "luputkanlah" dalam ayat ini menunjukkan tindakan penyelamatan yang diharapkan oleh pemazmur, di mana ia mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan untuk mengangkatnya dari bahaya maut. Hal ini sebagai simbol dari kepercayaan umat percaya kepada Tuhan untuk menyelamatkan mereka dari segala macam bahaya, termasuk penderitaan fisik, emosional, maupun spiritual.
Mazmur 116:5 berbunyi: "TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang."
Kalimat "TUHAN itu pengasih" menekankan kasih Tuhan yang penuh belas kasihan dan perhatian terhadap umat-Nya. Dalam konteks Mazmur 116, pemazmur merasakan secara pribadi kasih Tuhan yang menyelamatkannya dari bahaya maut. Tidak hanya teoretis, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata untuk menolong dan menyelamatkan umat-Nya. Ini mengajarkan bahwa Tuhan selalu peduli pada penderitaan kita dan siap menunjukkan kasih-Nya dalam situasi apa pun. Disebut sebagai "adil" dalam ayat ini, yang menekankan keadilan Tuhan dalam memperlakukan umat-Nya. Bahwa keadilan Tuhan bukan hanya berkaitan dengan penghukuman, tetapi juga dengan menegakkan kebenaran dan melindungi orang yang menderita. Kalimat "Allah kita penyayang" menyoroti aspek belas kasihan. Tuhan bukan hanya pengasih dalam arti umum, tetapi secara aktif menunjukkan belas kasih kepada mereka yang membutuhkan.
Mazmur 116: 6 berbunyi: "TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku."
Tafsiran ayat ini mengungkapkan bahwa Tuhan memelihara dan melindungi orang-orang sederhana. Kata "sederhana" di sini dapat merujuk pada mereka yang rendah hati, polos, dan tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri, melainkan bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Pemazmur mengakui bahwa dia sendiri lemah dan tidak berdaya, tetapi dalam kelemahannya, Tuhan menyelamatkannya. Ayat ini juga menekankan bahwa Tuhan memberi perhatian khusus kepada orang-orang yang lemah dan bergantung pada-Nya. Ini adalah pelajaran penting bagi orang percaya untuk tetap rendah hati dan mengandalkan Tuhan dalam setiap situasi.
Mazmur 116:7 berbunyi: "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."
Pemazmur berbicara kepada jiwanya sendiri, memerintahkan jiwanya untuk kembali ke keadaan tenang dan damai. Ini menunjukkan bahwa pemazmur telah mengalami ketegangan atau kekhawatiran, tetapi sekarang, setelah menyaksikan bagaimana Tuhan telah berbuat baik kepadanya, ia memanggil jiwanya untuk kembali dalam keadaan damai. Ayat ini menekankan bahwa bahwa ketika kita mengalami kesulitan, kita dapat menemukan ketenangan dan damai di dalam Tuhan, karena kebaikan-Nya yang selalu hadir dalam hidup kita.
Mazmur 116: 8 berbunyi: "Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung."
Pemazmur dengan jelas mengakui penyelamatan yang Tuhan lakukan dalam hidupnya. Tuhan meluputkannya dari bahaya maut, menghapus air matanya yang timbul dari penderitaan, dan menjaga kakinya agar tidak tersandung—sebuah simbol perlindungan dari kesulitan dan kesalahan. Ayat ini menekankan bahwa pengakuan syukur pemazmur atas tindakan penyelamatan Tuhan yang konkret dalam hidup nya. Tuhan tidak hanya menjaga nyawa pemazmur, tetapi juga memberikan penghiburan dan kekuatan. Ini menjadi pengingat bagi umat percaya bahwa Tuhan adalah penyelamat yang aktif terlibat dalam kehidupan mereka, baik dalam menyelamatkan dari bahaya fisik maupun menghibur dalam kesedihan.
Mazmur 116:9 berbunyi: "Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang-orang hidup."
Kalimat "negeri orang-orang hidup" dalam Mazmur 116:9 berasal dari bahasa Ibrani "ereṣ haḥayyim" (אֶרֶץ הַחַיִּים), yang secara harfiah berarti "tanah" atau "negeri orang yang hidup".
"Negeri orang-orang hidup" di sini mungkin digunakan untuk menunjukkan bahwa pemazmur sekarang hidup di luar ancaman maut, menikmati kehidupan yang penuh dan aktif, bertentangan dengan ketakutan akan mati atau Sheol. Ini mengandung harapan bahwa hidup bersama Tuhan adalah hidup yang nyata dan bermakna.
Ayat ini menyimpulkan pengakuan pemazmur dengan rasa syukur yang mendalam bahwa dia diizinkan untuk berjalan di hadapan Tuhan, di "negeri orang-orang hidup." Ini berarti bahwa pemazmur, yang hampir menghadapi maut, kini diizinkan untuk hidup kembali di hadapan Tuhan. Ayat ini sebagai ekspresi dari kehidupan yang baru, di mana seseorang yang telah diselamatkan dari kematian kini dapat hidup dalam relasi yang dekat dengan Tuhan, menjalani kehidupan dalam terang dan kehendak-Nya. "Negeri orang-orang hidup" dapat diartikan sebagai kehidupan dalam berkat Tuhan, hidup yang berkelanjutan dalam hubungan dengan Dia.
KESIMPULAN
Mazmur 116:1-9 adalah seruan syukur pemazmur atas penyelamatan Tuhan yang penuh kasih. Sebab Tuhan telah berbuat baik kepada kita warga kerajaan Allah. Mazmur ini menggambarkan perjalanan dari penderitaan dan ketakutan akan maut menuju penyelamatan dan kedamaian di dalam Tuhan. Ini adalah pengakuan iman bahwa Tuhan mendengar, menyelamatkan, dan memberikan kehidupan baru bagi mereka yang berseru kepada-Nya. Pemazmur menunjukkan bahwa dalam saat-saat krisis, kita dapat mengandalkan kasih, keadilan, dan belas kasihan Tuhan. Pada akhirnya, mazmur ini menjadi undangan bagi semua orang percaya untuk hidup dalam rasa syukur dan keyakinan bahwa Tuhan akan terus menjaga mereka.
DOA PENUTUPBapa kami yang di Sorga, kami sungguh bersyukur atas firman yang telah Engkau sampaikan kepada kami. Untuk waktu yang Tuhan izinkan untuk dapat mendengar, merenungkan serta mengajar kami untuk dapat melakukan kebenaran FirmanMu. Terimakasih ya Tuhan, Ajarkan kami untuk meninggalkan segala kekurangan dan mengikuti jalan pengertian yang Engkau tunjukkan. Berikan kami hikmat dalam setiap langkah kami, agar hidup kami berkenan di hadapan-Mu. Bimbinglah kami untuk selalu mencari kebenaran dan menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan sesuai dengan kehendak-Mu. Dan tolong mampukan kami seluruh warga jemaatMu untuk dapat mengemban dan melakukan ajaran Tuhan yang mulia ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur, Amin." bft
Komentar
Posting Komentar