KHOTBAH MINGGU, 8 SEPTEMBER 2024, MARKUS 7:24-30, YESUS MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK

KHOTBAH MINGGU, 8 SEPTEMBER 2024, MARKUS 7:24-30, YESUS MENJADIKAN SEGALA-GALANYA BAIK

KHOTBAH-MINGGU-8-SEPTEMBER-2024-MARKUS-7-24-30-YESUS-MENJADIKAN-SEGALA-GALANYA-BAIK
https://www.freebibleimages.org/illustrations/gnpi-087-last-supper/

Doa Pembukaan

Bapak Kami yang di Sorga, kami sungguh bersyukur atas waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan bagi kami warga jemaatMu, untuk berkumpul, menyerap dan mendengarkan firman-Mu. Kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami, agar kami dapat menerima dan mengerti serta memahami apa yang hendak Engkau sampaikan melalui khotbah ini. Berkatilah pemberita firmanMu, agar setiap kata yang diucapkan berasal dari-Mu dan menjadi berkat bagi kami semua. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa, Amin.

Pengantar

Apa kabar Bapak/Ibu dan sahabat yang kami kasihi. Semoga kita tetap sehat, semangat, bahagia dan bergembira dalam menyambut Firman Tuhan hari ini.

Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita akan merenungkan Firman Tuhan dari Markus Pasal 7 ayat 24 sampai 30. Tema khotbah kita hari ini adalah "Yesus Menjadikan Segala-galanya Baik."

Latarbelakang

Konteks Sejarah dan Kebudayaan

Tirus adalah kota perdagangan penting di Phoenicia, yang penduduknya mayoritas bukan Yahudi. Dimana Yesus melakukan perjalanan ke luar wilayah Yahudi, menunjukkan bahwa misi-Nya melampaui batas etnis dan budaya. 

Tirus adalah sebuah kota kuno yang terletak di pesisir Laut Mediterania, di wilayah yang sekarang merupakan bagian dari Lebanon modern. Tirus salah satu kota utama dari peradaban Fenisia, yang dikenal sebagai pelaut dan pedagang ulung. Fenisia tidak memiliki satu kerajaan besar, melainkan terdiri dari kota-kota independen seperti Tirus, Sidon, dan Byblos. Kota ini juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan Mesir, Yunani, dan banyak peradaban lainnya. Saat ini, Tirus adalah kota di Lebanon Selatan dan memiliki banyak situs arkeologi yang menarik wisatawan. Reruntuhan kuno, termasuk sisa-sisa katedral, hipodrom, dan bangunan Romawi, menjadikan Tirus sebagai salah satu situs Warisan Dunia UNESCO.

Yesus sering mencari tempat yang tenang untuk beristirahat dan berdoa. Namun, kehadiran-Nya di Tirus menarik perhatian banyak orang, dengan menunjukkan bahwa kasih dan kuasa-Nya tidak dapat dibatasi oleh tempat atau latarbelakang.

Yesus memilih untuk mengunjungi daerah yang tidak dikenal dan bukan tempat asal-Nya untuk menunjukkan bahwa kasih dan penyembuhan-Nya melampaui batasan (secara universal). Ia tidak membedakan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Ketika Yesus masuk ke rumah, meskipun Dia ingin beristirahat dan tidak dikenal, kebaikan-Nya memancar dan menarik perhatian.

Sebab di mana pun Yesus berada, Dia membuat segala sesuatu menjadi baik. Dalam kasus perempuan Siro-Fenisia yang akan kita bahas lebih lanjut, kehadiran Yesus mengubah situasi yang tampaknya tidak mungkin menjadi mujizat. Akan tetapi bersama Yesus terjadi penyembuhan, harapan, dan kebaikan ke dalam hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.


Pendalaman Teks

Markus 7:24 "Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan."

Ayat ini berada dalam konteks pelayanan Yesus yang sedang berada di wilayah Galilea. Sebelumnya, Yesus telah berhadapan dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat mengenai tradisi Yahudi, khususnya tentang masalah kebersihan ritus. Setelah itu, Yesus memutuskan untuk meninggalkan wilayah Yahudi dan pergi ke daerah Tirus, yang merupakan wilayah non-Yahudi (atau wilayah bangsa-bangsa lain, sering disebut sebagai wilayah orang kafir). Perjalanan Yesus ke wilayah non-Yahudi bisa dianggap sebagai indikasi bahwa misi-Nya bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Ini mengisyaratkan universalitas Injil yang ditujukan untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang etnis, agama dan lainnya.

Tirus adalah wilayah Fenisia, yang secara geografis berada di luar batas Israel. Keputusan Yesus untuk pergi ke Tirus mungkin menandai keinginan-Nya untuk mengambil waktu istirahat dari pelayanan publik yang intens di wilayah Yahudi, di mana Dia sering kali dikerumuni orang banyak. Dalam hal keputusan ini Yesus juga membutuhkan waktu istirahat dan mungkin juga waktu untuk berdoa dan merenung. Ini menunjukkan bahwa meskipun Yesus adalah Anak Allah, Dia juga sepenuhnya manusia dengan kebutuhan yang sama seperti kita. 

Meskipun Yesus berusaha untuk tetap tersembunyi, kehadiran dan karya-Nya tidak bisa ditutupi. Ini mencerminkan betapa kuatnya pengaruh dan daya tarik Yesus, yang membuat-Nya terus-menerus dicari oleh mereka yang membutuhkan pertolongan atau pengajaran-Nya.

Markus 7: 25-26 "Malah seorang Ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya."

Ibu yang disebut dalam ayat ini adalah seorang non-Yahudi, yang berasal dari wilayah Siro-Fenisia. Ini berarti dia adalah seorang kafir menurut Yahudi pada waktu itu. 

Perempuan ini diidentifikasi sebagai seorang "Yunani," yang dalam konteks ini berarti dia adalah seorang non-Yahudi. Istilah "Yunani" sering digunakan dalam Perjanjian Baru untuk merujuk pada orang-orang yang bukan Yahudi, yang merupakan bagian dari budaya Helenistik atau Romawi. Lebih spesifik, dia disebut sebagai bangsa "Siro-Fenisia." Ini mengacu pada wilayah Fenisia yang terletak di bagian selatan Suriah, yang pada waktu itu adalah bagian dari Kekaisaran Romawi. Fenisia adalah wilayah pesisir yang terkenal dengan kota-kota seperti Tirus dan Sidon.

Ketika perempuan ini mendengar tentang Yesus, dia segera datang kepada-Nya. Ini menunjukkan betapa putus asanya dia untuk mencari pertolongan bagi anaknya. Akan tetapi Dia percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan anaknya, meskipun dia bukan orang Yahudi. Meskipun dia berasal dari bangsa yang tidak dianggap bagian dari umat pilihan, iman yang dia tunjukkan kepada Yesus adalah contoh penting dari inklusivitas kasih karunia Allah. Dalam konteks ini, perempuan Siro-Fenisia mungkin dianggap "tidak layak" oleh sebagian orang Yahudi untuk menerima perhatian dari seorang rabi Yahudi. Namun, karena keberanian perempuan ini dengan imannya mengatasi batasan-batasan budaya dan agama. 

Dengan kesabaran dan ketekunan perempuan ini pada akhirnya menghasilkan mukjizat bagi anaknya. Tindakan perempuan ini "tersungkur di depan kaki-Nya" menunjukkan penghormatan, ketundukan, dan permohonan yang mendalam. Dia datang dengan penuh iman, meskipun tidak memiliki latar belakang Yahudi yang mengenal Yesus.

Markus 7: 27 ""Lalu Yesus berkata kepadanya: 'Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.'"

Dalam ayat ini, Yesus merespons permintaan perempuan Siro-Fenisia dengan sebuah perumpamaan yang bisa terdengar keras atau tidak menyenangkan pada pandangan pertama. Yesus menggunakan gambaran tentang "anak-anak" dan "anjing" untuk menjelaskan urutan prioritas dalam pelayanan-Nya.

"Anak-anak" dalam perumpamaan ini merujuk kepada orang-orang Yahudi, bangsa pilihan Allah, yang dianggap sebagai "anak-anak" dalam keluarga Allah. Sementara "anjing" merujuk kepada bangsa-bangsa non-Yahudi (seperti perempuan ini), yang pada zaman itu sering dipandang rendah oleh orang Yahudi.

"Roti" di sini melambangkan berkat dan kasih karunia yang Yesus bawa. Dengan mengatakan bahwa roti ini disediakan "bagi anak-anak" terlebih dahulu, Yesus menegaskan bahwa misi-Nya yang utama adalah kepada bangsa Israel, sesuai dengan rencana Allah dalam sejarah keselamatan. "Anjing" dalam perumpamaan ini tidak merujuk kepada hewan liar, tetapi lebih kepada "anjing peliharaan" yang berada di dalam rumah tangga. Meskipun ini masih bisa dianggap sebagai gambaran yang kasar, ada juga elemen kasih sayang dan kedekatan dalam penggunaan kata ini.

Banyak penafsir melihat pernyataan Yesus ini sebagai cara untuk menguji iman perempuan tersebut. Dengan menggunakan perumpamaan ini, Yesus tidak bermaksud untuk menghina, tetapi untuk mengungkapkan sejauh mana iman dan ketekunan perempuan ini.

Dalam konteks Injil Markus, pernyataan ini juga menyoroti urutan dalam misi Yesus. Meskipun misi-Nya pada awalnya ditujukan kepada orang Yahudi, pada akhirnya, kasih karunia Allah akan meluas ke seluruh dunia, termasuk kepada bangsa-bangsa lain.

Markus 7: 28 "Tetapi perempuan itu menjawab: 'Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."

Perempuan ini menanggapi perumpamaan Yesus dengan penuh rendah hati, sopan-santun dan namun cerdas. Dia tidak tersinggung oleh perumpamaan Yesus, tetapi sebaliknya, dia menerimanya, tunduk dan patuh serta memahaminya dan menggunakan perumpamaan Yesus untuk memperkuat permohonannya.

Dengan mengatakan bahwa "anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak," perempuan ini mengakui bahwa dia bukan bagian dari "anak-anak" (Orang-orang Yahudi, bangsa pilihan Tuhan), tetapi dia masih berharap mendapatkan bagian dari berkat dan belas kasihan dari Yesus.

Bapak/Ibu dalam menjawab dengan cara ini, perempuan itu menunjukkan bahwa dia mengerti bahkan berkat kecil dari Yesus sudah lebih dari cukup untuk membawa penyembuhan dan keselamatan. Ayat ini mengajarkan pentingnya iman yang rendah hati dan ketekunan dalam mencari Tuhan.

Markus 7: 29 - 30 "Maka kata Yesus kepada perempuan itu: 'Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu. "Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

Yesus merespons dengan sangat positif terhadap jawaban penuh iman dari perempuan itu. Dia mengakui iman dan kebijaksanaan perempuan itu dengan mengatakan bahwa karena "kata-katamu itu," setan telah keluar dari anaknya. Pernyataan Yesus ini menunjukkan kuasa-Nya yang tidak terbatas oleh jarak fisik. Yesus tidak perlu hadir secara langsung atau melakukan tindakan fisik untuk mengusir setan. Sebaliknya, hanya dengan perkataan-Nya, setan itu keluar dari anak perempuan tersebut. 

Kata-kata perempuan itu menunjukkan iman yang mendalam dan rendah hati. Yesus menghargai iman seperti ini, dan ini seringkali menjadi syarat utama bagi-Nya untuk melakukan mukjizat dalam banyak kisah Injil. Ketika perempuan itu pulang ke rumahnya, dia menemukan bahwa anaknya sudah sembuh dan setan itu telah keluar. Ini mengkonfirmasi kuasa Yesus yang mutlak dan efektif, sifat ilahi Yesus yang memiliki otoritas penuh atas roh-roh jahat dan penyakit.

Aplikasi/ Kesimpulan

Kita mungkin mengalami situasi di mana tampaknya tidak ada jalan keluar, seperti kesulitan keuangan, kesehatan, atau hubungan yang retak. Namun, ingatlah bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menjadikan segala sesuatu baik. 

Ketika kita datang kepada-Nya dengan iman dan kerendahan hati, Dia menjadikan segala sesuatu baik dengan cara yang melampaui pemahaman kita.

Ketika Yesus mengubah hidup kita, kita dipanggil untuk membagikan kesaksian tentang kebaikan-Nya kepada orang lain. Seperti perempuan Siro-Fenisia yang menunjukkan iman dan mendapatkan mujizat, kita juga harus menjadi saksi dari apa yang Yesus lakukan dalam hidup kita. Sebab melalui peristiwa ini menunjukkan kasih karunia dan kuasa Yesus tidak terbatas pada Israel saja, tetapi juga meluas kepada bangsa-bangsa lain yang menunjukkan iman kepada-Nya.

Oleh sebab itu, Bapak/Ibu, para sahabat. Mari buka hati untuk-Nya, percayakan segala hal kepada-Nya, dan jadilah saksi dari kebaikan-Nya dalam hidup Anda. Dengan iman dan harapan kepada Yesus, kita dapat yakin bahwa Dia akan membuat segala sesuatu baik.

Doa Penutup

Bapa kami yang di Sorga, kami sungguh bersyukur atas firman yang telah Engkau sampaikan kepada kami. Untuk waktu yang Tuhan izinkan untuk dapat mendengar, merenungkan serta mengajar kami untuk dapat melakukan kebenaran FirmanMu. Terimakasih ya Tuhan, Ajarkan kami untuk meninggalkan segala kekurangan dan mengikuti jalan pengertian yang Engkau tunjukkan. Berikan kami hikmat dalam setiap langkah kami, agar hidup kami berkenan di hadapan-Mu. Bimbinglah kami untuk selalu mencari kebenaran dan menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan sesuai dengan kehendak-Mu. Dan tolong mampukan kami seluruh warga jemaatMu untuk dapat mengemban dan melakukan ajaran Tuhan yang mulia ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur, Amin." bft

Komentar

Popular Posts

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

KHOTBAH MINGGU 24 NOVEMBER 2024, DANIEL 7: 9 - 14, KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP