KHOTBAH MINGGU 13 OKTOBER 2024, HABAKUK 2: 1-4, ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH PERCAYANYA
Salam Sukacita Bapak/Ibu. Sebelum membaca dan memahami Bahan Khotbah Minggu ini. Terlebih dahulu kami meminta waktunya supaya berkenan (hanya 2 menit saja) mengisi Form Kuesioner blog ini, dengan tujuan untuk pengembangan dan pendalaman isi bahan ini. Terimakasih Bapak/Ibu. Semoga berkenan
link nya dapat diakses di https://forms.gle/akUVJHHQiLbBwThk6
sumber: https://pixabay.com/id/images/search/orang%20percaya/ |
DOA PEMBUKA(Dapat diubah sesuai dengan topik doa masing-masing)
Kami sungguh mengucap syukur kepadaMu Ya Allah, Bapak kami yang Maha Pengasih yang selalu setia menjaga dan memberkati kami. Pada saat ini kami datang dan menghadap di hadapan-Mu, dengan hati yang penuh kerendahan. Kami bersyukur atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kami, untuk berkumpul di rumah Tuhan yang kudus untuk mendengarkan firman-Mu. Kami memohon, kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima mengerti dan memahami firman-Mu dengan baik. Tolonglah ya Tuhan, bimbinglah kami untuk semakin mendekat kepada-Mu, agar hidup kami selalu berkenan di hadapan-Mu. Jadikanlah khotbah ini sebagai sarana bagi kami untuk lebih mengenal-Mu dan merasakan kehadiran-Mu dalam kehidupan kami. Dan tolong ya Tuhan, berkati juga pemberita firmanMu, agar firman yang diberitakan, setiap ucapan yang diungkapkan berasal dari Tuhan dan menjadi pedoman, berkat bagi kami. Terimakasih ya Tuhan, hati pikiran dan jiwa kami telah siap untuk mendengarkan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bermohon. Amen
PENGANTAR/ LATAR BELAKANG
Secara umum Kitab Habakuk berisi banyak doa antara Nabi Habakuk dengan Tuhan Allah. Habakuk tidak segan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting kepada Allah tentang peristiwa-peristiwa yang tidak dipahaminya. Ia mengungkapkan kegelisahannya kenapa Allah mau memakai orang Babel yang kejam untuk menghukum orang Yehuda. Bahkan Habakuk mengeluh bahwa Tuhan tidak bertindak cepat untuk menghentikan kekejaman dan ketidakadilan di Yehuda. Habakuk menjadi lebih bingung lagi ketika Tuhan mengatakan bahwa hukuman terhadap Yehuda akan dilaksanakan oleh pasukan Babel. Bagi Habakuk, jalan keluar ini lebih buruk daripada kejahatan dibandingkan perilaku orang Yehuda dan para pemimpinnya.
Kitab Habakuk adalah contoh yang baik bagaimana doa orang yang beriman dapat berisi pengaduan sekaligus pujian, mempertanyakan sekaligus percaya. Orang Babel boleh saja menghukum Yehuda, namun Babel akhirnya akan jatuh, sebab para pemimpinnya mendewakan kekuatan mereka sendiri (1:11). Bukan orang sombong yang diterima Tuhan, tetapi orang yang hidup oleh iman (2:4). Iman akan diuji melalui saat-saat sulit. Namun Habakuk tetap menunjukkan pentingnya terus memuji Tuhan Allah, satu-satunya sumber kekuatan yang sejati dan satu-satunya penyelamat (3:17-19).
Dalam konteks latar belakangnya. Habakuk berbicara tentang zaman yang penuh dengan kekerasan, ketidakadilan yang parah, dan ketiadaan hukum di antara umat Allah (1:2-4). Situasi ini sering terjadi dalam sejarah Israel, namun ungkapan "membangkitkan orang Kasdim" (1:6) tampaknya menjadi petunjuk bahwa Habakuk menulis kitab ini sebelum atau sesudah tahun 600 SM. Pada masa itulah Babel menjadi kerajaan paling kuat di Timur dekat Kuno. Tahun 612 SM mereka menaklukan Niniwe, Kota Asyur, sebelum mengalahkan Mesir pada pertempuran di Karkemis tahun 605 SM. Yoyakim, raja Yehuda memaksa rakyatnya sendiri membayar pajak yang berat. Uang pajak itu kebanyakan mengalir ke perbendaharaan raja Babel, agar ia tidak menyerang Yehuda. Akhirnya, Yoyakim memberontak terhadap Babel tahun 602 SM. Tahun 598 SM Babel menyerang Yehuda dan mengepung Yerusalem. Yoyakim menghilang dan Yoyakin raja baru, ditawan di Babel (2Raj. 24:1-12). Sebelas tahun kemudian, Babel merebut dan menghancurkan kota Yerusalem dan Bait Suci karena sebuah pemberontakan lain. Kitab Habakuk mungkin dipakai untuk ibadah di Bait Suci sebelum dihancurkan tahun 586 SM.
Dalam tradisi Yahudi, pasal 3 kitab Habakuk adalah salah satu bacaan pada hari kedua Pesta Panen, yang telah menjadi perayaan untuk memperingati pemberian hukum Taurat di Gunung Sinai.
Untuk lebih mengetahui makna Firman Tuhan Minggu 13 Oktober 2024 dengan Tema Orang Benar akan hidup oleh percayanya. Mari kita pahami bersama-sama pendalaman teksnya.
PENDALAMAN TEKS/ TAFSIRAN
Nama Habakuk dalam bahasa Ibrani: חֲבַקּוּק, (Chavaqquq) berasal dari kata dasar Ibrani חָבַק (chavak), yang berarti "memeluk" atau "merangkul."
Secara harfiah, nama Habakuk dapat diterjemahkan sebagai "yang memeluk" atau "seseorang yang dirangkul." Arti ini bisa diartikan secara simbolis, merujuk pada bagaimana Habakuk berperan sebagai seorang nabi yang merangkul iman kepada Tuhan, meskipun ia menghadapi banyak pertanyaan dan keraguan. Nama ini juga bisa melambangkan bagaimana Tuhan merangkul umat-Nya, bahkan ketika mereka bergumul dengan persoalan-persoalan hidup dan keadilan. Beberapa tafsiran melihat nama Habakuk ini sebagai simbol penghiburan, di mana Tuhan merangkul Habakuk dengan wahyu dan janji-Nya, sekaligus menggambarkan panggilan nabi itu untuk tetap beriman meskipun berada dalam masa sulit.
Habakuk 2: 1 Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.
Ayat 1 merupakan bagian dari tanggapan Habakuk setelah ia mengajukan keluhan kepada Tuhan mengenai kejahatan yang seolah-olah tidak dihukum. Ayat ini mengekspresikan tekad Habakuk untuk menunggu jawaban Tuhan.
Habakuk menegaskan kesiapannya untuk menunggu jawaban Tuhan atas pertanyaan-pertanyaan dan keluhan yang telah ia ajukan. Sikap "berdiri di menara" menggambarkan kesediaan untuk berjaga-jaga dengan penuh perhatian, meskipun tidak ada jawaban yang segera. Ia bersiap untuk mendengar apa yang Tuhan katakan dan untuk memberikan balasan terhadap apa yang akan Tuhan nyatakan.
Ayat ini mengajarkan sikap kesabaran dan ketekunan dalam menunggu jawaban Tuhan, meskipun pada awalnya mungkin tidak terlihat atau tidak dipahami. Habakuk mengajarkan bahwa iman sejati melibatkan kesediaan untuk menunggu dan mendengar, bahkan ketika jawaban yang diharapkan belum datang.
Habakuk 2: 2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.
Dalam ayat ini, Tuhan memberi tanggapan kepada Habakuk dengan memerintahkannya untuk menuliskan penglihatan (wahyu) yang diberikan kepadanya. Penulisan ini harus jelas dan dapat dipahami, sehingga orang yang melihatnya dapat membacanya "sambil lalu" atau "berlari," artinya pesan tersebut harus disampaikan dengan cara yang mudah diakses dan cepat dipahami oleh semua orang.
Secara simbolis, penulisan di atas loh-loh menyiratkan pentingnya pesan ini, yang bukan hanya untuk generasi Habakuk tetapi juga untuk masa depan. Pesan Tuhan harus tetap ada dan menjadi petunjuk bagi umat-Nya, terutama di tengah penderitaan dan ketidakadilan yang mereka alami.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya mendengar keluhan Habakuk tetapi memberikan instruksi yang jelas. Penglihatan yang harus dituliskan tersebut akan menjadi penghiburan dan janji bagi umat Tuhan, bahwa Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya.
Habakuk 2: 3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.
Habakuk 2:3 menekankan bahwa janji Tuhan memiliki waktu yang pasti untuk digenapi. Meskipun tampaknya lambat atau tertunda, umat Tuhan diminta untuk bersabar dan menantikan dengan iman, karena janji Tuhan akan digenapi pada waktu yang telah ditentukan. Kata "penglihatan itu masih menanti saatnya" menunjukkan bahwa Tuhan bekerja menurut rencana-Nya, dan waktu penggenapan visi itu sudah ditetapkan dengan pasti, bahkan jika tidak segera terlihat.
Frasa "jika berlambat-lambat, nantikanlah itu" mengajarkan bahwa iman sejati memerlukan kesabaran. Orang percaya diminta untuk menunggu dengan sabar, karena Tuhan akan menepati janji-Nya tepat pada waktunya, tanpa tertunda. Ini memberikan penghiburan bahwa Tuhan selalu setia, bahkan jika manusia merasa janji-Nya terlambat datang.
Ayat ini sering digunakan sebagai penguatan bagi orang percaya untuk tetap bertahan dalam iman, meskipun penggenapan janji Tuhan tampak jauh atau tertunda. Ini adalah panggilan untuk tetap berharap dan tidak kehilangan kepercayaan, karena Tuhan tidak akan mengecewakan umat-Nya.
Habakuk 2: 4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.
Habakuk 2:4 mengandung dua kontras yang tajam: antara orang yang sombong dan orang yang benar. Ayat ini berbicara tentang dua sikap yang berbeda dalam menanggapi janji Tuhan dan penghakiman-Nya. Yang pertama: Orang yang membusungkan dada: Ini merujuk pada orang yang sombong dan tidak memiliki hati yang lurus di hadapan Tuhan. Sikap ini menunjukkan ketidakpercayaan atau ketergantungan pada diri sendiri, bukan pada Tuhan. Orang semacam ini sering diidentifikasikan dengan orang jahat yang merasa bahwa mereka tidak memerlukan Tuhan dalam hidup mereka. Yang kedua: Orang yang benar akan hidup oleh imannya: Di sisi lain, orang benar adalah mereka yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan. Mereka akan hidup, dalam arti bahwa mereka akan menerima keselamatan dan berkat Tuhan melalui iman mereka. Ayat ini mengajarkan bahwa keselamatan dan hidup yang benar hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Tuhan, bukan dari kekuatan atau usaha manusia sendiri.
KESIMPULAN
"Orang benar akan hidup oleh percayanya" menjadi inti dari pesan kitab Habakuk, yaitu bahwa hidup dan keselamatan sejati ditemukan melalui iman kepada Tuhan. Orang benar tetap beriman dan berharap, bahkan ketika dunia tampak kacau dan Tuhan terasa jauh. Sebab Tuhan tetap berdaulat, adil dan setia. Iman kepada Tuhan menjadi landasan bagi kehidupan orang benar, dan Tuhan, pada akhirnya, akan membalas iman tersebut dengan keadilan dan keselamatan.
Di tengah perubahan sosial, teknologi, dan tantangan hidup yang terus berkembang, di era yang penuh dengan ketidakpastian, baik secara sosial, politik, maupun ekonomi. Seperti Habakuk yang mempertanyakan ketidakadilan di dunia, banyak anak muda saat ini bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak kejahatan, krisis moral, dan ketidakpastian global. Pesan Habakuk mengajarkan bahwa di tengah kekacauan ini, iman kepada Tuhan adalah fondasi utama untuk bertahan. Iman itu tidak berdasarkan apa yang terlihat, tetapi pada keyakinan bahwa Tuhan bekerja menurut rencana-Nya, meskipun kita tidak selalu memahaminya.
Umat manusia sering menghadapi godaan untuk hidup sesuai dengan standar dunia yang mementingkan kesuksesan material, popularitas, atau pengakuan sosial. Namun, Habakuk 2:4 mengajarkan bahwa "orang yang benar" hidup berdasarkan iman, bukan berdasarkan apa yang diinginkan dunia. Ini adalah panggilan untuk menjaga integritas dan berpegang pada nilai-nilai Kristiani di tengah budaya yang sering kali mendorong keegoisan, kemunafikan, atau gaya hidup yang jauh dari kehendak Tuhan.
Kita hidup di zaman yang menuntut segala sesuatu berlangsung dengan cepat, mulai dari akses informasi hingga pencapaian pribadi. Namun, Habakuk mengingatkan kita bahwa rencana Tuhan seringkali memerlukan waktu, dan kita harus bersabar dan percaya pada waktu Tuhan, bahkan ketika mereka menginginkan jawaban atau hasil yang cepat. Tuhan tidak pernah terlambat, dan meskipun kelihatannya janji-Nya tertunda, kita dipanggil untuk tetap setia. Dengan terus mencari keadilan di dunia yang rusak, kita dipanggil untuk memperjuangkan keadilan, pada akhirnya kita harus percaya bahwa Tuhan adalah sumber keadilan yang sejati. Iman yang teguh kepada Tuhan memberi landasan bagi kita untuk terlibat dalam isu-isu ini dengan kasih dan keadilan yang mencerminkan karakter Tuhan.
Bagi Generasi Milenial dan Gen Z sering kali merasa kecewa dengan institusi, baik gereja maupun pemerintah, karena ketidaksesuaian antara apa yang diajarkan dan kenyataan. Kitab Habakuk mengajarkan bahwa meskipun ada kekecewaan terhadap apa yang terjadi di dunia, kita tetap harus menemukan harapan dalam Tuhan. Harapan ini bukan didasarkan pada manusia atau institusi, tetapi pada iman bahwa Tuhan bekerja di tengah-tengah semua hal, dan pada waktu-Nya, keadilan dan kebaikan-Nya akan dinyatakan. Sebab iman kepada Tuhan bukan hanya soal ritual agama atau pengetahuan teologis, tetapi hidup yang dipandu oleh kepercayaan yang nyata kepada Tuhan. Ketika menghadapi tantangan di pekerjaan, pendidikan, hubungan, atau kesehatan mental, kita dapat belajar dari Habakuk untuk terus berserah kepada Tuhan, bahkan ketika kita belum melihat solusi langsung. Alhasil dengan iman yang kuat kepada Tuhan, mereka dapat menghadapi tantangan zaman modern sambil terus memancarkan kasih, pengharapan, dan kebenaran Kristus di dunia yang membutuhkan terang-Nya.
DOA PENUTUP (Dapat diubah sesuai dengan topik doa masing-masing)
"Bapak kami yang di sorga, kami datang bersyukur atas segala kebaikan dan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Kami memohon, ya Tuhan, agar Engkau menolong kami semua, jemaat-Mu, untuk senantiasa mendekat kepada-Mu dengan hati yang murni dan penuh kerendahan. Berkatilah gereja kami, para pelayan, gembala, dan semua yang melayani, agar mereka selalu kuat dan setia dalam panggilan mereka. Kiranya Engkau juga memberkati seluruh jemaat, supaya kami terus bertumbuh dalam iman, kasih, dan perbuatan baik."Ya Tuhan yang Mahakasih, kami juga menyadari bahwa kami sering kali terjebak dalam keinginan duniawi dan menjauh dari-Mu. Ampunilah dosa-dosa kami, ya Tuhan, dan sucikanlah hati serta pikiran kami. Ajarkan kami untuk selalu tunduk pada kehendak-Mu dan melawan setiap godaan yang membawa kami jauh dari-Mu. Kami berdoa agar Engkau terus membimbing kami untuk mendekat kepada-Mu, memperkuat iman kami, dan membuat kami setia kepada-Mu. Kiranya kami selalu merendahkan diri di hadapan-Mu, dan biarlah kasih karunia-Mu meninggikan kami dalam kebenaran-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin."bft
Iman yang hidup,sambil bekerja menanti pengharapan seiring waktu.Trima kasih amang Pdt nami.
BalasHapus