KHOTBAH MINGGU 20 OKTOBER 2024, ROMA 12:1-8, IBADAH YANG SEJATI
Ket: Kebaktian Minggu, Memasuki Rumah Ibadah, 1 September 2024, GKPI JK Depok |
Disclaimer: Bapak/Ibu Teks Khotbah ini hanya bahan tambahan saja untuk membantu kita dalam mempersiapkan khotbah pada hari minggu. Jadi kami sarankan untuk tidak meng-copy paste secara langsung. Terimakasih
DOA PEMBUKA (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)
Kami sungguh mengucap syukur kepadaMu Ya Allah, Bapak kami yang Maha Pengasih yang selalu setia menjaga dan memberkati kami. Pada saat ini kami datang dan menghadap di hadapan-Mu, dengan hati yang penuh kerendahan. Kami bersyukur atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kami, untuk berkumpul di rumah Tuhan yang kudus untuk mendengarkan firman-Mu. Kami memohon, kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima mengerti dan memahami firman-Mu dengan baik. Tolonglah ya Tuhan, bimbinglah kami untuk semakin mendekat kepada-Mu, agar hidup kami selalu berkenan di hadapan-Mu. Jadikanlah khotbah ini sebagai sarana bagi kami untuk lebih mengenal-Mu dan merasakan kehadiran-Mu dalam kehidupan kami. Juga kuatkanlah kami untuk menjadi Saksi-Mu yang setia, memberitakan firman-Mu dengan penuh keberanian dan kasih. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing setiap kata yang diucapkan, agar dapat menjadi benih yang tumbuh subur dalam kehidupan kami. Terimakasih ya Tuhan, hati pikiran dan jiwa kami telah siap untuk mendengarkan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bermohon. Amen
PENGANTAR
Pada zaman jemaat perdana, orang Kristen Yahudi dan Kristen bukan Yahudi kadang-kadang tidak sepakat mengenai bagaimana manusia "dibenarkan", diterima oleh Allah dan bagaimana para pengikut Kristus seharusnya hidup.
Perlu diketahui bersama bahwa orang Kristen Yahudi, yang berasal dari latar belakang hukum Taurat, cenderung meyakini bahwa seseorang harus mematuhi hukum Taurat untuk dibenarkan di hadapan Allah. Mereka masih memegang kuat tradisi Yahudi, seperti sunat, aturan makanan, dan hari-hari perayaan, yang dianggap sebagai bagian penting dari identitas religius dan moralitas mereka. Sementara itu, orang Kristen non-Yahudi yang tidak memiliki latar belakang dalam hukum Taurat, tidak melihat hukum Yahudi sebagai bagian yang diperlukan dari keselamatan. Bagi mereka, keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus, tanpa perlu mematuhi hukum Taurat. Ketegangan ini muncul karena beberapa Kristen Yahudi menganggap bahwa non-Yahudi yang menjadi Kristen juga harus mengikuti hukum Taurat, termasuk sunat (seperti yang terlihat dalam Kisah Para Rasul 15).
Paulus, dalam surat-suratnya seperti Roma dan Galatia, berusaha menyelesaikan konflik ini dengan mengajarkan bahwa kehidupan orang Kristen bukanlah tentang ketaatan pada hukum yang bersifat seremonial atau tradisional, tetapi tentang hidup dalam Roh. Paulus menekankan bahwa hukum Taurat telah digenapi di dalam Kristus, dan kehidupan Kristen harus dipimpin oleh kasih, kebenaran, dan kebebasan di dalam Kristus (Galatia 5:13-14). Kemudian Paulus juga dengan berani menyatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
LATARBELAKANG
Roma pada abad pertama adalah kota metropolitan yang menjadi pusat kekuatan politik, ekonomi, dan militer dunia saat itu. Kehidupan di Roma dipengaruhi oleh sistem kelas yang ketat, dengan kekayaan yang sangat tidak merata. Di tengah konteks ini, jemaat Kristen di Roma harus menavigasi hidup sebagai minoritas yang sering kali mengalami tekanan, terutama karena iman mereka berbeda dengan mayoritas masyarakat yang memuja dewa-dewi Romawi dan Kaisar sebagai dewa. Paulus menulis surat ini selama masa pelayanannya di Korintus sekitar tahun 57-58 Masehi, menjelang akhir perjalanan misi ketiganya. Surat ini ditujukan kepada jemaat di Roma, kota yang menjadi pusat kekaisaran Romawi.
Jemaat di Roma yang menerima surat Paulus, terdiri dari orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi dan non-Yahudi (kebanyakan Yunani dan Romawi). Roma adalah ibu kota Kekaisaran Romawi, sebuah pusat politik dan ekonomi yang sangat kosmopolitan. Orang-orang Yahudi pertama kali hadir di Roma sekitar abad kedua SM, dan kemungkinan jemaat Kristen di Roma tumbuh dari orang-orang Yahudi yang kembali dari Yerusalem setelah Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:10).
PENDALAMAN TEKS/ TAFSIRAN
Roma 12:1-8 adalah bagian penting dari surat Paulus yang berbicara tentang bagaimana orang percaya harus merespon kasih karunia Allah dalam kehidupan mereka. Paulus menggunakan istilah "ibadah yang sejati" untuk menunjukkan bagaimana iman harus diwujudkan dalam tindakan yang nyata.
Untuk memahami makna dari Roma 12:1-8 secara lebih mendalam, mari kita pelajari teks ini dengan analisis dari bahasa asli Yunani dan penafsiran tematis tentang ibadah yang sejati.
Teks Roma 12:1-8 (TB):
- Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
- Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
- Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
- Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
- Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: jika karunia itu adalah untuk bernubuat, baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita;
- jika untuk melayani, baiklah kita melayani; jika untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
- jika untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Pendalaman Teks dari Bahasa Asli (Yunani)
Roma 12:1-8 berfokus pada apa yang dimaksud dengan "ibadah yang sejati," yang melibatkan respons total kepada Allah, tidak hanya dalam bentuk ritual, tetapi dengan menyerahkan seluruh hidup sebagai pengorbanan yang hidup, kudus, dan berkenan di hadapan Allah.
- "Persembahkan tubuhmu": Kata "persembahkan" dalam bahasa Yunani adalah "παραστῆσαι" (parastēsai), yang berarti "menyerahkan" atau "mempersembahkan dengan penuh penyerahan diri." Ini menunjuk pada tindakan sukarela dan totalitas dari penyerahan diri kepada Allah.
- "Persembahan yang hidup": Kata "persembahan" diterjemahkan dari kata Yunani "θυσίαν" (thysian), yang biasanya digunakan untuk korban binatang dalam konteks ibadah Yahudi. Namun, Paulus mengubah maknanya di sini untuk menunjuk pada kehidupan orang percaya sebagai korban yang "hidup" (ζῶσαν, zōsan), yang berarti bukan korban mati, tetapi kehidupan sehari-hari yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
- "Ibadahmu yang sejati": Kata Yunani untuk "ibadah" di sini adalah "λατρείαν" (latreian), yang berarti tindakan penyembahan atau pengabdian kepada Allah. Kata ini mengacu pada pelayanan yang rasional dan spiritual, bukan sekedar ritual lahiriah.
Teks ini mendorong umat untuk hidup dalam penyerahan total kepada Allah, dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani sebagai bentuk ibadah yang logis dan berkenan kepada-Nya. Paulus menasihati jemaat Roma untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai "persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah." Ini adalah bentuk ibadah yang rasional dan spiritual, yang didasarkan pada belas kasihan Allah. Ibadah tidak hanya berupa ritual, tetapi tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang memuliakan Allah.
Sehingga Ibadah sejati adalah menyerahkan tubuh kita—seluruh aspek kehidupan kita—sebagai persembahan kepada Allah. Ini berarti hidup yang kita jalani setiap hari, tindakan, pikiran, dan motivasi kita semuanya adalah bagian dari ibadah. Paulus menggunakan metafora persembahan korban dari tradisi Yahudi untuk menggambarkan komitmen total orang percaya.
- "Berubahlah": Kata ini berasal dari bahasa Yunani "μεταμορφοῦσθε" (metamorphousthe), yang artinya adalah berubah total, seperti metamorfosis. Ini menekankan transformasi internal yang mendalam melalui pembaruan pikiran.
- "Pembaharuan budimu": Kata "pembaharuan" adalah "ἀνακαίνωσις" (anakainōsis), yang artinya membuat baru atau memperbarui secara radikal. Pikiran (νοός, nous) yang diperbarui adalah pusat pemahaman, keyakinan, dan sikap spiritual, yang memungkinkan orang percaya untuk memahami kehendak Allah.
Orang percaya diingatkan untuk tidak menyesuaikan diri dengan dunia ini, tetapi untuk mengalami pembaharuan pikiran. Pembaharuan pikiran ini memungkinkan mereka untuk memahami kehendak Allah, yang baik, berkenan, dan sempurna. Ini adalah ajakan untuk memiliki pemikiran yang berbeda dari nilai-nilai duniawi dan lebih selaras dengan kehendak Tuhan. Ibadah sejati tidak hanya melibatkan tindakan fisik, tetapi juga pikiran yang diperbarui. Pikiran yang diperbarui memungkinkan kita untuk tidak "menjadi serupa dengan dunia ini," tetapi "berubah" sehingga kita dapat mengerti kehendak Allah dan hidup sesuai dengan itu. Transformasi ini adalah proses berkelanjutan di mana Roh Kudus bekerja dalam diri orang percaya.
"Menguasai diri": Di sini Paulus menggunakan kata "σωφρονεῖν" (sōphronein) yang berarti berpikir secara sehat, bijaksana, dan dengan pertimbangan yang baik. Paulus meminta setiap orang untuk memiliki pandangan yang tepat tentang diri mereka, sesuai dengan iman yang diberikan Allah.
Paulus mengingatkan mereka untuk tidak berpikir terlalu tinggi tentang diri mereka sendiri, tetapi untuk memiliki pandangan yang bijaksana dan seimbang sesuai dengan iman yang telah Allah anugerahkan. Ini menekankan pentingnya kerendahan hati dalam menjalani kehidupan Kristen dan dalam melayani satu sama lain.
Roma 12:4-8
Karunia yang beraneka ragam: Kata "karunia" diterjemahkan dari kata Yunani "χάρισμα" (charisma), yang berarti anugerah atau pemberian ilahi. Setiap orang percaya memiliki karunia yang berbeda-beda, tetapi semuanya diberikan untuk pelayanan dalam tubuh Kristus (gereja). Karunia-karunia ini mencakup bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, memberi, memimpin, dan menunjukkan kemurahan.
Paulus menggunakan gambaran tubuh untuk menjelaskan bahwa setiap orang percaya adalah bagian dari satu tubuh, yaitu gereja, yang terdiri dari banyak anggota dengan fungsi yang berbeda. Walaupun ada banyak anggota, mereka semua membentuk satu kesatuan di dalam Kristus. Hal ini menunjukkan pentingnya kesatuan dalam keberagaman di dalam komunitas gereja. Paulus juga menekankan bahwa setiap orang percaya memiliki karunia yang berbeda-beda, yang diberikan oleh anugerah Allah. Karunia ini harus digunakan dengan setia untuk membangun tubuh Kristus. Di sini, Paulus menyebut beberapa karunia, seperti bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, memberi, memimpin, dan menunjukkan belas kasihan. Setiap karunia harus dijalankan dengan ketulusan dan semangat yang sesuai dengan fungsinya.
KESIMPULAN
Roma 12:1-8 mengajarkan orang percaya untuk hidup dalam total penyerahan diri kepada Allah sebagai bentuk ibadah yang sejati, menjauhi pola pikir duniawi, dan mengalami pembaharuan dalam pikiran. Dalam kehidupan bersama sebagai tubuh Kristus, mereka harus berfungsi sesuai dengan karunia yang telah diberikan, dengan kerendahan hati dan tanpa kesombongan. Setiap anggota gereja memiliki peran yang penting dan beragam, dan mereka dipanggil untuk melayani satu sama lain dengan setia dan penuh kasih, sehingga seluruh tubuh gereja bisa berfungsi dengan baik dan memuliakan Allah.
DOA PENUTUP (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)
"Bapak kami yang di sorga, kami datang bersyukur atas segala kebaikan dan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Kami memohon, ya Tuhan, agar Engkau menolong kami semua, jemaat-Mu, untuk senantiasa mendekat kepada-Mu dengan hati yang murni dan penuh kerendahan. Berkatilah gerejaMu, para pelayan, gembala, dan semua yang melayani, agar mereka selalu kuat dan setia dalam panggilan mereka. Kiranya Engkau juga memberkati seluruh jemaat, supaya kami terus bertumbuh dala
m iman, kasih, dan perbuatan baik. Engkau juga ya Tuhan mengingatkan kami untuk selalu siap sedia memberitakan kebenaran-Mu di manapun kami berada. Kiranya firman-Mu meneguhkan hati kami, memberi kami keberanian dan kebijaksanaan untuk menjadi Saksi- Mu yang setia dalam segala situasi. Bimbing setiap langkah kami agar hidup kami memancarkan kasih dan kebenaran-Mu. Mampukan kami, Tuhan, untuk menjalankan tugas kami sebagai pembawa kabar baik kepada dunia yang membutuhkan harapan.
Dan kami juga bermohon tolong, ampunilah dosa-dosa kami, ya Tuhan, dan sucikanlah hati serta pikiran kami. Ajarkan kami untuk selalu tunduk pada kehendak-Mu dan melawan setiap godaan yang membawa kami jauh dari-Mu. Kami berdoa agar Engkau terus membimbing kami untuk tetap sedia dan setia memberitakan FirmanMu serta selalu mendekat kepada-Mu, memperkuat iman kami, dan membuat kami setia kepada-Mu. Kiranya kami selalu merendahkan diri di hadapan-Mu, dan biarlah kasih karunia-Mu meninggikan kami dalam kebenaran-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin."bft
Salam Sukacita Bapak/Ibu. Setelah membaca dan memahami Bahan Khotbah Minggu ini. Mohon supaya berkenan (hanya 1 menit saja) mengisi Form Kuesioner blog ini, dengan tujuan untuk pengembangan dan pendalaman isi bahan ini. Terimakasih Bapak/Ibu. Semoga berkenan
link nya dapat diakses di https://forms.gle/akUVJHHQiLbBwThk6
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan..
BalasHapusMantap amang
BalasHapus