KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

 

KHOTBAH-MINGGU-3-NOVEMBER-2024-MARKUS-12: 28-34-MENGASIHI-TUHAN-ALLAH-DAN-SESAMA-MANUSIA
Keterangan gambar: Orang Saduki dan Ahli Taurat meminta jawaban dari Yesus, Sumber: https://www.freebibleimages.org/photos/lumo-yeast-pharisees/


Disclaimer: Bapak/Ibu Teks Khotbah ini hanya bahan tambahan saja untuk membantu kita dalam mempersiapkan khotbah pada hari minggu. Jadi kami sarankan untuk tidak meng-copy paste secara langsung. Terimakasih

DOA PEMBUKA (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)

Kami sungguh mengucap syukur kepadaMu Ya Allah, Bapak kami yang Maha Pengasih yang selalu setia menjaga dan memberkati kami. Pada saat ini kami datang dan menghadap di hadapan-Mu, dengan hati yang penuh kerendahan. Kami bersyukur atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kami, untuk berkumpul di rumah Tuhan yang kudus untuk mendengarkan firman-Mu. Kami memohon, kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima mengerti dan memahami firman-Mu dengan baik. Tolonglah ya Tuhan, bimbinglah kami untuk semakin mendekat kepada-Mu, agar hidup kami selalu berkenan di hadapan-Mu. Jadikanlah khotbah ini sebagai sarana bagi kami untuk lebih mengenal-Mu dan merasakan kehadiran-Mu dalam kehidupan kami. Juga kuatkanlah kami untuk menjadi Saksi-Mu yang setia, memberitakan firman-Mu dengan penuh keberanian dan kasih. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing setiap kata yang diucapkan, agar dapat menjadi benih yang tumbuh subur dalam kehidupan kami. Terimakasih ya Tuhan, hati pikiran dan jiwa kami telah siap untuk mendengarkan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bermohon. Amen

PENGANTAR

Kitab Markus Pasal 12 merupakan bagian penting dalam Injil Markus yang memperlihatkan ketegangan antara Yesus dan para pemuka agama, sekaligus menunjukkan kebijaksanaan Yesus dalam menghadapi berbagai tantangan dan pertanyaan dari mereka. Yang sering kali bertujuan untuk menjebakNya. Yesus mengajarkan nilai-nilai penting tentang kasih, ketaatan dan Kerajaan Allah yang tidak terfokus pada aturan atau tradisi eksternal, tetapi pada hati yang tulus, kasih yang nyata kepada Tuhan dan kepada sesama sebagai inti dari seluruh ajaran Yesus. Untuk lebih jelas mari kita mendalami Kitab Markus Pasal 12: 28-34 bersama-sama.

TAFSIRAN DAN PENDALAMAN TEKS
Pendalaman Tafsiran

Markus 12:28 berbunyi: "Lalu seorang ahli Taurat yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawaban yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: 'Hukum manakah yang paling utama?'" 

Ayat ini merupakan awal dari percakapan antara Yesus dan seorang ahli Taurat yang bertanya tentang hukum yang terutama. Latar belakang ayat ini adalah perdebatan antara Yesus dengan orang-orang Saduki tentang kebangkitan. Ahli Taurat ini, yang mendengar kebijaksanaan jawaban Yesus, datang dengan pertanyaan penting. 

Akan tetapi mari kita pahami terlebih dahulu:

  1. Siapa Ahli Taurat Ini? Ahli Taurat adalah seorang yang sangat memahami hukum Musa dan dianggap sebagai penjaga hukum di kalangan orang Yahudi. Meskipun mereka seringkali berseberangan dengan Yesus dalam Injil, ada beberapa yang menunjukkan ketertarikan atau ketulusan untuk belajar dari-Nya. 
  2. Mengapa Bertanya tentang Hukum yang Terutama? Pada zaman itu, terdapat ratusan perintah dalam Taurat, dengan 613 hukum. Ada anggapan bahwa beberapa perintah lebih berat daripada yang lain, sehingga pertanyaan ini penting untuk menemukan inti atau fondasi dari semua hukum yang harus ditaati. 
  3. Makna Pertanyaan "Hukum Manakah yang Paling Utama?" Dengan bertanya tentang hukum yang paling utama, ahli Taurat ini mencari kebenaran yang mendasar dalam hukum Taurat. Pertanyaan ini bukan sekadar menguji Yesus, tetapi juga menunjukkan pencarian pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana hukum bisa diringkas atau diletakkan pada prinsip utama. 


Markus 12:29 berbunyi: "Jawab Yesus: 'Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.'" 

Pendalaman Tafsiran: 

  1. Shema Israel (Dengarlah, hai orang Israel): Yesus mengutip perintah dari Ulangan 6:4-5, yang dikenal sebagai Shema, doa harian yang sangat penting bagi orang Yahudi. Doa ini menegaskan keesaan Allah dan menjadi pusat keimanan mereka. Dengan mengutip Shema, Yesus menunjukkan akar hukum yang paling mendasar dan tidak hanya menyoroti kepatuhan, tetapi juga panggilan untuk mendengarkan Allah. 
  2. Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa: Pernyataan ini menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah. Keesaan Tuhan menekankan kesetiaan mutlak yang harus diberikan umat kepada-Nya. Dalam konteks ini, Yesus menekankan pentingnya hubungan yang eksklusif dan sepenuh hati kepada Tuhan, yang menolak semua bentuk penyembahan berhala atau kesetiaan yang terbagi. 


Markus 12:30 berbunyi: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu."

Pendalaman Tafsiran: 

  1. Kasihilah Tuhan dengan Totalitas: Perintah ini mengandung empat elemen utama—hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Ini menunjukkan bahwa kasih kepada Tuhan harus mencakup seluruh aspek keberadaan kita, mulai dari perasaan, pikiran, kehendak, hingga tindakan fisik. Kasih kepada Tuhan tidak bersifat parsial, melainkan total dan mencakup seluruh hidup kita.  
  2. Hati, Jiwa, Akal Budi, dan Kekuatan: Hati: Melambangkan pusat dari emosi dan kehendak. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati berarti memberikan kehendak dan emosi kita secara penuh kepada-Nya. Jiwa: Mengacu pada kehidupan yang lebih mendalam, termasuk keinginan dan identitas. Mengasihi dengan segenap jiwa berarti memberikan seluruh keberadaan dan kehidupan kita kepada Tuhan. Akal Budi: Berarti kasih yang dilandasi pemahaman dan pemikiran. Mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi mengajak kita untuk terus mencari dan memahami kehendak-Nya. Kekuatan: Menunjukkan bahwa kasih kepada Tuhan melibatkan seluruh kemampuan dan tenaga kita, termasuk dalam perbuatan nyata. 
  3. Kasih yang Aktif dan Utuh: Ayat ini menggambarkan kasih kepada Tuhan bukan hanya sebagai perasaan, tetapi sebagai tindakan yang menyeluruh. Kasih ini terlihat dalam komitmen nyata, yaitu dalam bagaimana kita hidup, berpikir, dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. 


Markus 12:31 berbunyi: "Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." 

Pendalaman Tafsiran: 

  1. Hubungan dengan Kasih kepada Tuhan: Dengan menghubungkan perintah untuk mengasihi sesama dengan perintah untuk mengasihi Tuhan, Yesus menunjukkan bahwa kasih kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama manusia. Ini berarti kasih kepada Tuhan harus tercermin dalam tindakan nyata kepada orang lain. 
  2. Kasih kepada Sesama seperti kepada Diri Sendiri: Mengasihi sesama seperti diri sendiri berarti memperlakukan orang lain dengan hormat, perhatian, dan kepedulian yang sama seperti yang kita harapkan diterima oleh diri kita sendiri. Hal ini menekankan empati, kepedulian, dan tindakan yang tidak egois, memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan penghargaan yang sama seperti yang kita berikan untuk diri kita sendiri. 
  3. Mengapa Kedua Hukum Ini Paling Utama? Kedua hukum ini menjadi landasan dari seluruh hukum lainnya. Kasih kepada Tuhan dan sesama melampaui aturan-aturan legalistik dan mengarahkan kepada motivasi hati yang benar. Jika seseorang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan sesama, maka mereka akan dengan mudah menggenapi perintah-perintah lainnya karena semua hukum diarahkan pada kasih. 

Markus 12:32 berbunyi: "Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: 'Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.'" 

Pendalaman Tafsiran:

  1. Pengakuan dari Ahli Taurat: Ahli Taurat ini mengakui kebenaran jawaban Yesus, menunjukkan bahwa dia benar-benar memahami dan menghargai jawaban yang diberikan. Ini adalah respons yang jarang terjadi karena para ahli Taurat dan pemuka agama biasanya kritis atau bahkan menentang ajaran Yesus. Pengakuan ini mencerminkan bahwa sebagian dari mereka terbuka dan mengakui kebijaksanaan Yesus. 
  2. "Dia Esa dan Tidak Ada yang Lain Kecuali Dia": Pernyataan ini menggemakan pengakuan iman Yahudi tentang keesaan Allah, yang berakar pada Shema (Ulangan 6:4). Ahli Taurat menegaskan bahwa hanya ada satu Tuhan, yang berdaulat dan tidak ada yang dapat disamakan dengan-Nya. Ini menekankan bahwa segala bentuk penyembahan, pelayanan, dan kasih harus terpusat pada Tuhan yang satu ini. 
  3. Kesatuan Pemahaman tentang Tuhan: Kesepakatan antara Yesus dan ahli Taurat mengenai keesaan Tuhan menunjukkan bahwa ajaran Yesus bukanlah sesuatu yang baru atau bertentangan dengan hukum Taurat. Sebaliknya, Yesus menegaskan kembali inti iman Yahudi yang otentik, yaitu pengakuan akan Tuhan yang esa. 

Markus 12:33 berbunyi: "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban lainnya." 

Pendalaman Tafsiran: 

  1. Kasih sebagai Hal Terutama di Atas Korban: Ahli Taurat mengakui bahwa kasih kepada Tuhan dan sesama adalah lebih penting daripada ritual korban. Pernyataan ini sangat signifikan dalam konteks Yahudi, di mana korban bakaran adalah bagian penting dari ibadah. Dia menyadari bahwa Allah lebih menginginkan kasih dan ketaatan yang tulus daripada sekadar ritual atau persembahan. 
  2. Kasih yang Holistik: Menekankan kasih kepada Tuhan dengan "segenap hati, pengertian, dan kekuatan" menunjukkan bahwa kasih ini harus melibatkan seluruh aspek kehidupan seseorang. Kasih ini bukan hanya emosional, tetapi juga melibatkan pemahaman dan dedikasi yang penuh. Demikian juga, kasih kepada sesama yang tulus mengharuskan kita untuk melihat mereka seperti diri sendiri, dengan empati dan keinginan untuk memberikan yang terbaik. 
  3. Prioritas Tuhan di Atas Ritual: Pernyataan ini sejalan dengan pesan yang sering disampaikan dalam kitab nabi-nabi Perjanjian Lama, di mana Tuhan lebih mementingkan ketaatan dan kasih yang tulus daripada korban-korban yang dilakukan tanpa hati (lihat Hosea 6:6, "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran"). Ini menunjukkan bahwa Yesus, dan bahkan ahli Taurat ini, memahami bahwa ibadah sejati adalah yang berpusat pada kasih. 

Markus 12:34 berbunyi: "Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: 'Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!' Dan tidak ada seorang pun yang berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus." 

Pendalaman Tafsiran: 

  1. Pengakuan Yesus akan Kebijaksanaan Ahli Taurat: Yesus melihat bahwa jawaban ahli Taurat tersebut menunjukkan pemahaman yang bijaksana dan hati yang tulus dalam memahami hukum Tuhan. Ahli Taurat ini tidak hanya tahu tentang aturan, tetapi juga memahami makna terdalam dari kasih kepada Tuhan dan sesama, yang menjadi dasar seluruh hukum. 
  2. “Engkau Tidak Jauh dari Kerajaan Allah”: Pernyataan Yesus ini mengisyaratkan bahwa ahli Taurat tersebut sudah memahami inti dari iman, yaitu kasih kepada Tuhan dan sesama. Meskipun dia belum sepenuhnya menjadi pengikut Yesus, pemahamannya menunjukkan bahwa dia sudah dekat dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Ini bisa menjadi pengingat bahwa memahami dan menjalankan hukum dengan kasih membawa seseorang lebih dekat kepada Tuhan. 
  3. Kerajaan Allah sebagai Esensi Kasih dan Pemahaman yang Mendalam: Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah bukan sekadar tentang aturan atau hukum, tetapi tentang hati yang dipenuhi kasih dan pemahaman yang benar tentang Allah. Dengan mengasihi Tuhan dan sesama, seseorang sebenarnya sudah hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. 
  4. Tak Ada yang Berani Bertanya Lagi: Setelah jawaban Yesus yang mengesankan, tak seorang pun dari pemuka agama yang berani menguji atau menanyakan hal lain kepada-Nya. Hal ini menunjukkan otoritas dan kebijaksanaan Yesus yang diakui, bahkan oleh para ahli agama pada saat itu. Kebenaran yang disampaikan Yesus sudah cukup jelas dan tak terbantahkan. 

APLIKASI/ PENERAPAN

Yesus menjawab dengan mengutip dua perintah terbesar: kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (Markus 12:29-31). Jawaban ini menyederhanakan hukum dengan memusatkannya pada kasih, bukan sekadar aturan legalistik. Hal ini relevan bagi kita hari ini, mengingat bahwa hubungan kita dengan Tuhan dan sesama adalah inti dari iman Kristen. Yang merupakan pengakuan akan keesaan dan otoritas Tuhan. Dalam iman Kristen, panggilan untuk mengasihi Allah ini diperluas dalam pengajaran Yesus yang menyatukan kasih kepada Tuhan dan sesama sebagai satu prinsip yang tidak dapat dipisahkan. Ayat ini mengajak kita untuk tidak hanya mengenal Allah sebagai yang Esa, tetapi juga untuk hidup dengan kesadaran bahwa semua tindakan dan sikap kita seharusnya mencerminkan kesetiaan kita kepada Tuhan yang satu-satunya. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari: Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan mengarahkan kita untuk selalu melibatkan Tuhan dalam segala aspek hidup kita. Ini berarti melakukan kehendak-Nya, menjaga kesucian hati, mencari pengertian yang lebih dalam tentang Firman-Nya, dan menggunakan segala kemampuan kita untuk melayani-Nya dan sesama. Sebab kasih kepada Tuhan adalah dasar dari seluruh perintah dan bahwa hubungan dengan-Nya harus mencakup seluruh diri kita tanpa pengecualian. Dengan membantu orang yang membutuhkan, bersikap baik kepada mereka yang berbeda, memaafkan, dan berbuat baik kepada semua orang tanpa pilih kasih. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan kasih yang nyata dan tulus dalam hubungan kita dengan orang lain. 

Selamat mengasihi Tuhan dan sesama. Amen 
Demikian Bahan Khotbah dari Kitab Markus Pasal 12: 28-34

DOA PENUTUP (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)

"Bapak kami yang di sorga, kami datang bersyukur atas segala kebaikan dan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Kami memohon, ya Tuhan, agar Engkau menolong kami semua, jemaat-Mu, untuk senantiasa mendekat kepada-Mu dengan hati yang murni dan penuh kerendahan. Berkatilah gerejaMu, para pelayan, gembala, dan semua yang melayani, agar mereka selalu kuat dan setia dalam panggilan mereka. Kiranya Engkau juga memberkati seluruh jemaat, supaya kami terus bertumbuh dala
m iman, kasih, dan perbuatan baik. Engkau juga ya Tuhan mengingatkan kami untuk selalu siap sedia memberitakan kebenaran-Mu di manapun kami berada. Kiranya firman-Mu meneguhkan hati kami, memberi kami keberanian dan kebijaksanaan untuk menjadi Saksi- Mu yang setia dalam segala situasi. Bimbing setiap langkah kami agar hidup kami memancarkan kasih dan kebenaran-Mu. Mampukan kami, Tuhan, untuk menjalankan tugas kami sebagai pembawa kabar baik kepada dunia yang membutuhkan harapan.

Dan kami juga bermohon tolong, ampunilah dosa-dosa kami, ya Tuhan, dan sucikanlah hati serta pikiran kami. Ajarkan kami untuk selalu tunduk pada kehendak-Mu dan melawan setiap godaan yang membawa kami jauh dari-Mu. Kami berdoa agar Engkau terus membimbing kami untuk tetap sedia dan setia memberitakan FirmanMu serta selalu mendekat kepada-Mu, memperkuat iman kami, dan membuat kami setia kepada-Mu. Kiranya kami selalu merendahkan diri di hadapan-Mu, dan biarlah kasih karunia-Mu meninggikan kami dalam kebenaran-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin."bft


Salam Sukacita Bapak/Ibu. Setelah membaca dan memahami Bahan Khotbah Minggu ini. Mohon supaya berkenan (hanya 1 menit saja) mengisi Form Kuesioner blog ini, dengan tujuan untuk pengembangan dan pendalaman isi bahan ini. Terimakasih Bapak/Ibu. Semoga berkenan

link nya dapat diakses di https://forms.gle/akUVJHHQiLbBwThk6

Komentar

  1. Terimakasih Bapak Pendeta Boy F Tampubolon untuk renungan firman-nya, Tuhan Yesus memberkati kita, Amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 24 NOVEMBER 2024, DANIEL 7: 9 - 14, KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP