KHOTBAH MINGGU 10 NOVEMBER 2024, 1 RAJA-RAJA 17: 7-16, MEMBERI DARI KEKURANGAN

 

Disclaimer: Bapak/Ibu Teks Khotbah ini hanya bahan tambahan saja untuk membantu kita dalam mempersiapkan khotbah pada hari minggu. Jadi kami sarankan untuk tidak meng-copy paste secara langsung. Terimakasih

DOA PEMBUKA (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)

Kami sungguh mengucap syukur kepadaMu Ya Allah, Bapak kami yang Maha Pengasih yang selalu setia menjaga dan memberkati kami. Pada saat ini kami datang dan menghadap di hadapan-Mu, dengan hati yang penuh kerendahan. Kami bersyukur atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kami, untuk berkumpul di rumah Tuhan yang kudus untuk mendengarkan firman-Mu. Kami memohon, kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima mengerti dan memahami firman-Mu dengan baik. Tolonglah ya Tuhan, bimbinglah kami untuk semakin mendekat kepada-Mu, agar hidup kami selalu berkenan di hadapan-Mu. Jadikanlah khotbah ini sebagai sarana bagi kami untuk lebih mengenal-Mu dan merasakan kehadiran-Mu dalam kehidupan kami. Juga kuatkanlah kami untuk menjadi Saksi-Mu yang setia, memberitakan firman-Mu dengan penuh keberanian dan kasih. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing setiap kata yang diucapkan, agar dapat menjadi benih yang tumbuh subur dalam kehidupan kami. Terimakasih ya Tuhan, hati pikiran dan jiwa kami telah siap untuk mendengarkan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bermohon. Amen

PENGANTAR

Kitab 1 Raja-raja merupakan bagian pertama dari satu kitab. Karena kitab ini terlalu panjang untuk ditempatkan dalam satu gulungan, kitab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu 1 dan 2 Raja-raja. Kitab Raja-raja ini melanjutkan sejarah Israel yang dimulai dari kitab Samuel. Namun dalam kitab 1 dan 2 Raja-raja sejarah bangsa Israel dikisahkan melalui kehidupan para raja dan nabi. Yang menjelaskan bahwa sejarah tragis bangsa Israel sebagai bangsa yang gagal memelihara perjanjian yang dibuat dengan Allah sebagaimana yang tertulis dalam kitab Ulangan 12: 5-19. 

Kitab 1 Raja-Raja merupakan bagian dari kitab sejarah dalam Perjanjian Lama yang menceritakan sejarah Kerajaan Israel pemerintahan Daud, mulai dari pemerintahan Salomo hingga keruntuhan kerajaan tersebut. Kitab ini membahas tentang puncak kejayaan bangsa Israel di bawah pemerintahan Salomo dan akhirnya mulai terpecahnya Israel menjadi dua kerajaan: Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan. 

Kerajaan Utara (Israel) dihancurkan oleh kerajaan Asyur pada tahun 722 SM. Pada tahun 586 SM, Kerajaan Selatan (Yehuda) jatuh ke tangan Raja Nebukadnezar dari Babel. Bait Allah dibakar habis, Yerusalem dihancurkan, dan para pemimpin kerajaan Yehuda, termasuk rajanya diangkut ke Babel. Bagi orang-orang Israel yang tinggal di pembuangan di Babel, peristiwa itu memberi kesan seolah-olah Allah telah meninggalkan mereka.

Namun, dalam kitab 1 dan 2 Raja-raja ini memberikan pandangan yang berbeda. Bukan Allah yang tidak setia kepada bangsa pilihan-Nya, tetapi para rajalah yang tidak setia kepada bangsa pilihan-Nya, sebab rajanya tidak setia, tidak taat kepada hukum Allah. Itu sebabnya, dalam 1 dan 2 Raja-raja dituliskan dengan menilai setiap pribadi raa sesuai dengan kesetiaannya.

Untuk lebih jelas mengetahui kitab 1 Raja-raja Pasal 17 ini, mari kita pahami bersama-sama.

TAFSIRAN DAN PENDALAMAN TEKS

Pendalaman Tafsiran

Ayat 7: "Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu." 

Ayat ini adalah bagian dari kisah Nabi Elia yang diutus oleh Allah untuk bernubuat kepada Raja Ahab. Elia menyampaikan bahwa karena penyembahan berhala yang dilakukan Israel, terutama penyembahan kepada Baal yang dipengaruhi oleh Izebel, istri Ahab, Tuhan akan menghentikan hujan di Israel sebagai hukuman. Setelah itu, Tuhan mengirim Elia untuk bersembunyi di tepi Sungai Kerit, di mana ia menerima makanan dari burung gagak dan air dari sungai tersebut.

“Sebab hujan tiada turun di negeri itu” : Pernyataan ini menegaskan dampak dari perintah Tuhan melalui Elia—bahwa kekeringan adalah bagian dari hukuman Tuhan kepada Israel atas dosa-dosa mereka, khususnya karena mereka meninggalkan Tuhan dan beralih ke dewa Baal, yang dianggap sebagai dewa hujan oleh penyembahnya.

Kekeringan yang disebabkan oleh tidak adanya hujan adalah teguran langsung kepada penyembahan Baal. Sebagai dewa hujan dalam kepercayaan Kanaan, Baal dipuja karena dianggap mampu memberi kesuburan dan hujan. Namun, ketika Tuhan Israel menahan hujan, ini menjadi pernyataan langsung bahwa Baal tidak memiliki kuasa atas hujan atau alam, dan bahwa Tuhan adalah satu-satunya penguasa atas semua ciptaan.

Ayat 8: "Maka datanglah firman Tuhan kepada Elia"

Firman Tuhan ini merupakan awal dari instruksi baru yang akan membawa Elia ke Sarfat, di wilayah Sidon, tempat seorang janda yang dipilih Tuhan akan menyediakannya makanan. 

Kata “Firman Tuhan” ini menekankan bahwa Elia berada di bawah petunjuk langsung dari Tuhan. Di sepanjang perjalanannya, Elia menunjukkan ketaatan yang mutlak pada firman Tuhan, menunggu arahan dari-Nya sebelum melakukan apa pun. Yang menunjukkan bahwa Tuhan terus berkomunikasi dengan Elia secara pribadi dan berkelanjutan, memberikan arahan langkah demi langkah. Sebab Elia pun tidak mau bersandar pada pemikiran dia sendiri, melainkan menunggu mandat, arahan dan suara Tuhan.

Ayat 9: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.”

Setelah sungai Kerit mengering, Tuhan memerintahkan Elia untuk pindah ke Sarfat, sebuah kota di luar Israel, di wilayah Sidon (Fenisia kuno), di mana seorang janda telah dipilih oleh Tuhan untuk menyediakan makanan baginya. Ini adalah langkah yang tidak biasa karena Sarfat berada di wilayah bangsa yang menyembah Baal. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja di luar batasan geografis dan melibatkan seseorang yang mungkin dianggap tidak layak di mata masyarakat saat itu: seorang janda miskin.

Kata: “Bersiaplah, pergi ke Sarfat”: Sarfat adalah wilayah asing bagi Israel, menandakan bahwa Tuhan bekerja melampaui batasan etnis atau bangsa. Ini juga menunjukkan keberanian dan iman yang besar dari Elia untuk pergi ke tempat yang asing.
Kata: “Aku telah memerintahkan seorang janda”: Kata "memerintahkan" menunjukkan otoritas Tuhan dalam mempersiapkan janda itu untuk melayani Elia. Meskipun janda ini mungkin tidak mengetahui sepenuhnya perintah Tuhan, dalam providensi-Nya, Tuhan telah memilihnya untuk menjadi alat pemeliharaan bagi nabi-Nya.
Kata: “Memberi engkau makan”: Bagian ini menggarisbawahi penyediaan Tuhan dalam bentuk yang mungkin tampak tidak biasa atau bahkan tidak mencukupi. Dalam masyarakat saat itu, janda dianggap sebagai orang yang rentan dan kekurangan, tetapi Tuhan memilih seseorang yang rendah hati dan dalam keterbatasan ini untuk menjadi saluran berkat.
Tuhan memilih janda miskin, yang menurut standar manusia sepertinya tidak memiliki kapasitas untuk memberi makan siapa pun, apalagi seorang nabi. Ini adalah pengingat bahwa Tuhan sering bekerja melalui orang-orang dan cara-cara yang tidak terduga untuk menyatakan kuasa dan kasih-Nya. Melalui ketaatan janda ini, Allah menunjukkan bahwa pemeliharaan-Nya tidak bergantung pada status sosial atau kekuatan ekonomi seseorang.
Ayat 10: "Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: 'Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.'”

Elia segera pergi ke Sarfat tanpa pertanyaan atau keraguan. Ini menunjukkan bahwa Elia memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Dalam situasi sulit, Elia memberikan teladan ketaatan untuk mempercayai bahwa Tuhan sudah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan.

Pertemuan Elia dengan janda di pintu gerbang kota (“Pintu gerbang kota”: Pintu gerbang adalah tempat pertemuan umum di kota-kota kuno, tempat orang berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan. Di sini, Elia bertemu dengan janda yang sudah disiapkan Tuhan, menunjukkan providensi Tuhan yang mempertemukan mereka) bukanlah kebetulan, tetapi telah diatur oleh Tuhan. Ini menunjukkan bagaimana Tuhan dapat mengatur setiap detail dalam kehidupan umat-Nya, membawa mereka bertemu orang-orang yang tepat di waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Elia meminta sesuatu yang sederhana—sedikit air. Dalam konteks kekeringan yang berkepanjangan, ini adalah permintaan yang besar bagi seorang janda miskin yang mungkin tidak memiliki persediaan yang cukup. Permintaan ini adalah ujian kecil untuk melihat kesediaan janda tersebut dalam mengikuti kehendak Tuhan.

Ayat 11: "Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: 'Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.'” 

Setelah meminta sedikit air dari janda di Sarfat, Elia kini meminta sepotong roti. Permintaan ini muncul saat negara itu mengalami kelaparan yang parah akibat kekeringan yang berkepanjangan, dan janda tersebut hanya memiliki bahan makanan yang sangat terbatas. Meskipun permintaan Elia tampak besar bagi janda miskin ini, ini adalah bagian dari cara Tuhan untuk menunjukkan penyediaan-Nya, baik bagi Elia maupun bagi janda tersebut.

Kata: “Pergi mengambilnya”: Respons langsung janda untuk pergi mengambil air menunjukkan sikapnya yang murah hati dan patuh, meskipun ia sendiri berada dalam kondisi kekurangan.

Kata: “Berseru kepadanya”: Permintaan Elia tidak dilakukan secara halus atau diam-diam, tetapi ia berseru kepada janda tersebut, yang menandakan kepercayaannya pada Tuhan yang telah mempersiapkan hati janda ini.

Kata: “Ambil juga bagiku sepotong roti”: Permintaan ini sangat signifikan karena meminta sesuatu yang lebih besar dari janda yang kekurangan. Dalam konteks kekeringan, permintaan ini adalah ujian iman bagi janda tersebut untuk berbagi dari kelangkaan yang ia miliki.

Ayat ini menunjukkan bahwa penyediaan Tuhan sering kali datang setelah langkah-langkah ketaatan. Janda tersebut belum tahu apa yang akan Tuhan lakukan, tetapi dia harus berani mengambil tindakan terlebih dahulu, yang membuka jalan bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasa pemeliharaan-Nya.

Elia dan janda tersebut sama-sama mengandalkan Tuhan di tengah-tengah kekurangan yang ekstrem. Tuhan memilih seorang janda yang miskin, bukannya seseorang yang kaya atau berkuasa, untuk memelihara Elia. Ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat bekerja melalui mereka yang paling lemah untuk memuliakan nama-Nya.

Ayat 12: "Perempuan itu menjawab: 'Demi Tuhan, Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.'”

Ayat ini adalah respons janda di Sarfat terhadap permintaan Elia. Dia menjelaskan keadaan putus asa yang sedang dihadapinya: ia hanya memiliki sedikit tepung dan minyak yang cukup untuk membuat satu makanan terakhir bagi dirinya dan anaknya sebelum menghadapi kematian akibat kelaparan. Ayat ini menekankan betapa terbatasnya sumber daya yang dimiliki janda tersebut dan ketidakmungkinan situasi ini secara manusiawi, tetapi menjadi latar yang tepat bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasa pemeliharaan-Nya.

Kata: “Demi Tuhan, Allahmu yang hidup”: Ungkapan ini menunjukkan bahwa janda tersebut menyadari dan menghormati Allah yang disembah Elia, meskipun dia mungkin tidak menyembah Tuhan Israel secara pribadi. Pengakuan ini menunjukkan rasa hormatnya terhadap kepercayaan Elia.

Kata: “Tidak ada roti padaku sedikit pun”: Pernyataan ini menggambarkan keterbatasan dan keadaan janda yang sangat miskin. Situasi ini memperlihatkan bahwa ia berada dalam keadaan putus asa, tanpa harapan akan adanya makanan tambahan.

Kata: “Segenggam tepung... sedikit minyak”: Kuantitas yang sangat kecil ini menggambarkan betapa miskinnya keadaan janda tersebut dan juga kondisi kelangkaan yang melanda seluruh wilayah.

Kata: “Kami akan mati”: Ungkapan ini menunjukkan bahwa janda tersebut sudah hampir menyerah pada keadaan. Dia menyadari bahwa tanpa intervensi ilahi, kehidupan mereka berada di ujung kehancuran.

Janda tersebut melihat situasinya dengan realitas yang keras, namun Elia akan mendorongnya untuk mengambil langkah iman. Ayat ini mengajarkan bahwa iman kadang-kadang harus tumbuh dari dasar ketakutan dan keterbatasan. Tuhan tidak meminta kita untuk mengabaikan kenyataan, tetapi untuk mengandalkan-Nya meskipun kenyataannya tampak sulit.

Ayat 13-14: "Tetapi Elia berkata kepadanya: 'Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku; kemudian barulah kau buat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi."

Dalam ayat 13: Ibarat memberi simpati tanpa tindakan, Elia memberi dorongan yang kuat agar janda tersebut bertindak dalam iman, dimulai dengan membuat roti untuknya terlebih dahulu. Ayat ini menjadi awal dari mukjizat Tuhan yang akan memperbanyak makanan mereka.

Kata: “Janganlah takut”: Tuhan ada bersama dan akan menyertai. Elia menguatkan janda tersebut agar tidak dikuasai oleh ketakutan dan kecemasan.

Kata: “Buatlah lebih dahulu bagiku”: Permintaan ini mungkin tampak membingungkan, mengingat keterbatasan janda tersebut. Namun, tindakan ini merupakan ujian iman untuk mempercayakan kebutuhan mereka kepada Tuhan.

Kata: “Roti bundar kecil”: Permintaan ini menegaskan bahwa Elia tidak meminta sesuatu yang besar atau berlebihan, tetapi hanya sedikit dari apa yang dimiliki janda itu. Ini mengajarkan bahwa iman dapat diwujudkan bahkan dalam hal-hal kecil.

Kalimat: “Kemudian barulah kau buat bagimu dan bagi anakmu”: Urutan ini menunjukkan bahwa tindakan iman mendahulukan kebutuhan orang lain (atau kehendak Tuhan dalam hal ini), sebelum memenuhi kebutuhan pribadi. Ini juga menandakan bahwa janda tersebut akan mendapat balasan atas langkah imannya.

Janda tersebut berada dalam situasi yang menakutkan dan tanpa harapan, tetapi Elia mengajaknya untuk menyingkirkan rasa takut. Permintaan ini menandakan bahwa mengatasi rasa takut memerlukan keberanian untuk bertindak berdasarkan iman. Ketakutan bisa jadi wajar, tetapi iman memberikan keberanian untuk melangkah di atas kekhawatiran. Ketika janda tersebut memilih untuk mengikuti perintah Elia, Tuhan memberkatinya dengan penyediaan yang ajaib.

Dalam ayat 14: “Beginilah firman Tuhan, Allah Israel”: Pernyataan ini menunjukkan otoritas Tuhan dan memberi janda tersebut kepastian bahwa ini bukan sekadar janji dari Elia, tetapi janji langsung dari Tuhan Israel yang hidup. Kemudian kata: “Tepung... tidak akan habis” dan “minyak... tidak akan berkurang”: Kedua frasa ini adalah simbol pemeliharaan Tuhan. Meskipun dalam jumlah yang kecil, tepung dan minyak itu akan tetap cukup, menunjukkan kuasa Tuhan dalam memperbanyak dan mempertahankan sumber daya yang terbatas. Kemudian kalimat: “Sampai pada waktu Tuhan memberi hujan”: Frasa ini memberikan jangka waktu kepada janda itu bahwa pemeliharaan Tuhan bersifat sementara sampai masa kelaparan berakhir. Ini juga menunjukkan bahwa Tuhan memiliki kontrol atas cuaca dan musim. Ayat ini menekankan bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan mereka melalui cara-cara yang supranatural. Dalam masa krisis dan kekeringan, janji ini menjadi jaminan bahwa Tuhan memelihara umat-Nya, bahkan dari persediaan yang tampaknya tidak mungkin cukup.

Ayat 15-16: Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Kalimat: "Pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia”: Tindakan ini menunjukkan ketaatan penuh dari janda tersebut meskipun dalam keadaan sulit. Ketaatan ini adalah wujud iman yang besar karena dia rela mengorbankan sumber dayanya yang terakhir. Kata: “Mendapat makan berhari-hari”: Frasa ini menggambarkan pemeliharaan Tuhan yang terus menerus dan bukan hanya sekali. Tuhan mencukupi kebutuhan janda, Elia, dan anak perempuan itu secara berkelanjutan, memperlihatkan sifat pemeliharaan Tuhan yang konsisten. Kemudian kalimat: “Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang”: Peristiwa ini adalah penggenapan langsung dari janji Tuhan. Tepung dan minyak yang seharusnya cepat habis secara ajaib tetap ada dan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka setiap hari. Dan kata: “Sesuai dengan firman Tuhan”: Pernyataan ini menekankan bahwa mukjizat tersebut adalah hasil langsung dari firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi-Nya, Elia. Ini menunjukkan keandalan dan kekuatan firman Tuhan yang mampu mengatasi keterbatasan fisik. 

Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan bukan hanya memberikan berkat yang sementara, tetapi pemeliharaan yang berkesinambungan selama masa sulit. Pemeliharaan Tuhan tidak hanya memenuhi kebutuhan sesaat tetapi terus berlangsung sepanjang waktu yang diperlukan.

APLIKASI/ PENERAPAN

Elia menunjukkan bahwa mengikuti panggilan Tuhan tidak selalu membawa kenyamanan, tetapi memerlukan ketaatan. Di tengah ancaman kekeringan dan kekeringan, Elia tetap setia kepada perintah Tuhan, mencontohkan bahwa kita juga perlu setia dalam menjalankan kehendak Tuhan meskipun kita berada di masa yang sulit. Ketika segala sesuatu tampak mustahil, kita harus mengandalkan Tuhan yang hidup. Kadang-kadang, Tuhan mengizinkan kita mengalami keterbatasan agar kita melihat penyediaan-Nya yang ajaib. 

Dalam keadaan kekurangan, kita sering kali tergoda untuk menyimpan semua yang kita miliki untuk diri kita sendiri, khawatir bahwa kita tidak akan punya cukup. Namun, teks ini mengajarkan bahwa pemberian, meski dalam keterbatasan, bisa menjadi jalan bagi berkat yang lebih besar. Seperti janda di Sarfat, kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan sanggup mencukupi kebutuhan kita ketika kita memberi dengan iman. Memberi bukan berarti menambah kekurangan kita, tetapi membuka jalan bagi Tuhan untuk berkarya dalam hidup kita. 

Perlu kita perhatikan dengan seksama. Bahwa janda di Sarfat tidak menunggu sampai ia memiliki cukup persediaan makanan sebelum memberi melainkan dia memberi dari keterbatasannya. Banyak orang menunda memberi dengan alasan bahwa mereka belum memiliki cukup. Akan tetapi dalam teks ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak menunggu kita sampai berkelimpahan untuk memberi; Dia meminta kita memberi dari apa yang kita miliki sekarang, bahkan jika itu sedikit. Memberi dari keterbatasan adalah bukti dari iman kita kepada Tuhan sebagai penyedia yang setia.

Selamat memberi dari kekurangan. Amen 
Demikian Bahan Khotbah dari Kitab 1 Raja-raja 17:7-16

DOA PENUTUP (BISA DIUBAH SESUAI TOPIK MASING-MASING)

"Bapak kami yang di sorga, kami datang bersyukur atas segala kebaikan dan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Kami memohon, ya Tuhan, agar Engkau menolong kami semua, jemaat-Mu, untuk senantiasa mendekat kepada-Mu dengan hati yang murni dan penuh kerendahan. Berkatilah gerejaMu, para pelayan, gembala, dan semua yang melayani, agar mereka selalu kuat dan setia dalam panggilan mereka. Kiranya Engkau juga memberkati seluruh jemaat, supaya kami terus bertumbuh dala
m iman, kasih, dan perbuatan baik. Engkau juga ya Tuhan mengingatkan kami untuk selalu siap sedia memberitakan kebenaran-Mu di manapun kami berada. Kiranya firman-Mu meneguhkan hati kami, memberi kami keberanian dan kebijaksanaan untuk menjadi Saksi- Mu yang setia dalam segala situasi. Bimbing setiap langkah kami agar hidup kami memancarkan kasih dan kebenaran-Mu. Mampukan kami, Tuhan, untuk menjalankan tugas kami sebagai pembawa kabar baik kepada dunia yang membutuhkan harapan.

Dan kami juga bermohon tolong, ampunilah dosa-dosa kami, ya Tuhan, dan sucikanlah hati serta pikiran kami. Ajarkan kami untuk selalu tunduk pada kehendak-Mu dan melawan setiap godaan yang membawa kami jauh dari-Mu. Kami berdoa agar Engkau terus membimbing kami untuk tetap sedia dan setia memberitakan FirmanMu serta selalu mendekat kepada-Mu, memperkuat iman kami, dan membuat kami setia kepada-Mu. Kiranya kami selalu merendahkan diri di hadapan-Mu, dan biarlah kasih karunia-Mu meninggikan kami dalam kebenaran-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin."bft


Salam Sukacita Bapak/Ibu. Setelah membaca dan memahami Bahan Khotbah Minggu ini. Mohon supaya berkenan (hanya 1 menit saja) mengisi Form Kuesioner blog ini, dengan tujuan untuk pengembangan dan pendalaman isi bahan ini. Terimakasih Bapak/Ibu. Semoga berkenan

link nya dapat diakses di https://forms.gle/akUVJHHQiLbBwThk6

Komentar

Popular Posts

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

KHOTBAH MINGGU 24 NOVEMBER 2024, DANIEL 7: 9 - 14, KEKUASAAN DAN KERAJAAN ALLAH TIDAK AKAN LENYAP